Minggu, 07 Maret 2010

Benzena dan Jelaga

Kenapa benzena menghasilkan jelaga ketika dibakar?

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri hanya atas karbon dan hidrogen. pembakaran senyawa ini akan menghasilkan gas karbondioksida dan air. Ini terjadi jika cukup tersedia oksigen. Namun, pembakaran hidrokarbon juga dapat menghasilkan gas karbonmonooksida dan jelaga. hai ini disebabkan karena ketersediaan oksigen untuk melangsungkan pembakaran tidak cukup. Selain itu, ratio jumlah C dan H juga menentukan. Semakin besar rasio antara C dengan H, maka semakin sempurna proses pembakaran hidrokarbon. Sebaliknya pula semakin kecil rasio antara C dengan H, maka semakin tidak sempurna pembakaran hidrokarbon tersebut. Pada benzena, rasio antara C dan H kecil yaitu 1:1. dengan demikian, pembakaran benzena tidak sempurna. Hal ini dapat dilihat dari asap hitam/jelaga yang dihasilkan ketika benzena dibakar.(sug.10)

Sabtu, 06 Maret 2010

Telaah Kurikulum

1. Merumuskan Indikator Hasil Belajar


No Kompetensi Dasar Indikator
1.1 Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya. Menjelaskan perkembangan teori atom untuk menunjukan kelebihan dan kekurangannya.
Membandingkan perkembangan tabel periodik unsur untuk mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangannya.
Menjelaskan dasar pengelompokan unsur dalam tabel periodik.
Menentukan konfigurasi elektron dan elektron valensi serta massa atom relative berdasarkan tabel periodik.
Mengklasifikasikan unsur berdasarkan sifat-sifatnya.
Menganalisis tabel dan grafik untuk menentukan sifat-sifat periodik unsur.
1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Menjelaskan kecenderungan atom-atom untuk membentuk suatu ikatan.
Menjelaskan dan menggunakan kaidah Lewis-Kossel serta struktur Lewis untuk menggambarkan konfigurasi elektron valensi atom.
Menjelaskan dan menggambarkan proses ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.
Menjelaskan sifat-sifat suatu senyawa sesuai dengan ikatan kimianya.
1.3 Mendiskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya. Menuliskan nama senyawa biner.
Menuliskan nama senyawa ion.
Menuliskan nama senyawa terner.
Menuliskan nama senyawa organik.
Menyetarakan suatu persamaan kimia dengan benar.
1.4 Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hokum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia. Menjelaskan dan memformulasikan hukum-hukum dasar kimia.
Membuktikan dan menggunakan hukum-hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah-masalah kimia sederhana.
Menjelaskan, memformulasikan, dan menghitung massa atom relatif dan massa molekul relatif.
Menjelaskan dan menggunakan konsep mol dalam stoikiometri gas, stoikiometri senyawa, dan stoikiometri reaksi.
2. Mengembangkan Pengalaman Belajar


No Kompetensi Dasar Pengalaman Belajar
1.1 Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya. Membaca buku
Mendengarkan ceramah
Diskusi

1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Membaca buku
Mendengarkan ceramah
diskusi
2.1 Mendiskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya. Membaca buku
Mendengarkan ceramah
diskusi
2.1 Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hokum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia. Membaca buku
Mendengarkan ceramah
Diskusi
Melakukan percobaan


3. Alat Penilaian Hasil Belajar


Kompetensi Dasar Alat penilaian hasil belajar
1.1 Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya, melalui pemahaman konfigurasi elektron 1. Tes uraian
2. Daftar pertanyaan untuk tes lisan (mengenai pamahaman siswa tentang pengaruh konfigurasi elektron terhadap keteraturan unsur-unsur dalam tabel periodik)
3. Tugas pekerjaan rumah baik secara berkelompok maupun individu yang diberikan pada akhir pertemuan
4. Lembar penilaian portofolio

1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk 1. Tes uraian dan tes pilihan ganda
2. Daftar pertanyaan tes lisan
(proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta perbedaan dan hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk)
3. Tugas pekerjaan rumah baik secara berkelompok maupun individu yang diberikan pada akhir pertemuan

2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya

1. Tes uraian dam isian singkat
(tentang penamaan senyawa anorganik dan organik sederhana dan persamaan reaksinya)
2. Daftar pertanyaan untuk tes lisan
(tanya jawab dengan siswa mengenai penamaan senyawa anorganik dan organik sederhana)
3. Tugas pekerjaan rumah baik secara berkelompok maupun individu yang diberikan pada akhir pertemuan
4. Lembar penilaian portofolio

2.2 Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia
1. Tes uji petik kinerja siswa yaitu keterampilan siswa dalam melaksanakan praktikumdan cara penyampaian hasil praktikum secara lisan
2. Tes uraian
3. Tugas pekerjaan rumah secara individu yang diberikan pada akhir pertemuan
4. Projek secara berkelompok tentang praktikum dan pelaporannya
5. Lembar penilaian portofolio


Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.

4. Mengembangkan kegiatan Belajar Mengajar


No Kompetensi Dasar Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi
1.1





























1.2




























1.3

































1.4 Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya, melalui pemahaman konfigurasi electron.








Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk










Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
















Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep
mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia
menggali pengetahuan siswa

· Bagaimana bunyi postulat
Bohr?

· Bagaimana sifat-sifat unsur Golongan IA dalam sistem periodik?

Bagaimana konfigurasi elektron unsur golongan gas mulia?










Menjelaskan mengenai ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan logam dan melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari















· Menjelaskan pengertian senyawa organik dan anorganik.

· Memberi beberapa pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa

· Jelaskan perbedaan senyawa organik dan anorganik?












Menjelaskan dasar-dasar hukum kimia dan tata tertib dalan melakukan praktikum
Membantu siswa memperluas dan mengkonstruksi pengetahuannya

· Menugaskan siswa menjawab permasalahan di LKS secara berkelompok

· Mendampingi kelompok-kelompok siswa dalam mengerjakan LKS

· Menugaskan siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya






· Menugaskan siswa menjawab permasalahan di LKS mengenai topik yang sedang dibahas secara berkelompok

· Mendampingi kelompok-kelompok siswa dalam mengerjakan LKS

· Menugaskan siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya







· Menugaskan siswa menjawab permasalahan di LKS mengenai topik yang sedang dibahas secara berkelompok

· Mendampingi kelompok-kelompok siswa dalam mengerjakan LKS

· Menugaskan siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya










· Menjelaskan kepada siswa mengenai prosedur percobaan

· Mengamati siswa melakukan percobaan

· Memberikan beberapa masalah/pertanyaan kepada siswa mengenai percobaan yang telah dilakukan (dilakukan secara diskusi) memberikan umpan balik yang positif, refleksi dan penguatan

· Mengkoreksi hasil diskusi/presentasi siswa jika terdapat kekeliruan/miskonsepsi pada pemahaman siswa mengenai topik yang dibahas

· Memberikan penguatan pada konsep-konsep penting

· Memberikan permasalahan mengenai teori atom Bohr (studi kasus) untuk mengecek pemahaman siswa






· Mengoreksi hasil diskusi/presentasi siswa jika terdapat kekeliruan/miskonsepsi pada pemahaman siswa mengenai topik yang dibahas

· Memberikan penguatan pada konsep-konsep penting

· Memberikan permasalahan mengenai ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam (studi kasus) untuk mengecek pemahaman siswa



· Mengoreksi hasil diskusi/presentasi siswa jika terdapat kekeliruan/miskonsepsi pada pemahaman siswa mengenai topik yang dibahas

· Memberikan penguatan pada konsep-konsep yang dianggap penting

· Memberikan kuis kecil mengenai senyawa organik dan anorganik (studi kasus) untuk mengecek pemahaman siswa









· Menyuruh siswa mengkomunikasikan hasil diskusi

· Memberikan klarifikasi bila ada konsep yang salah

· Mengecek pemahaman siswa dengan memberikan kuis (tes individu)

Atap Hijau

RINGKASAN
Tulisan ini ingin menyumbangkan ide tentang “ Adaptasi Pemanasan Global
Perkotaan Melalui Atap Hijau (Green Roofts) ”. Sumbangan pemikiran tulisan ini
adalah sebuah pendekatan dalam merancang mengenai cara mengatasi atau
meminimalisir efek-efek dari pemanasan global dengan menggunakan atap hijau.
Alasannya menapa dipilih atap hijau karena atap hijau karena tanaman yang ada
pada atap hijau mampu menyerap gas-gas yang menyebabkan pemanasan global
misalnya gas karbondiosida. Atap hijau memerlukan waktu yang singkat untuk
bisa melakukan penyerapan gas karbondioksida secara optimal dibandingkan
dengan melakukan reboisasi hutan dan pengurangan pemakaian bahan bakar
minyak. Cara ini kurang efektif karena tanaman hutan memerlukan waktu yang
cukup lama untuk mampu menyerap gas karbondioksida secara optimal. Terus
kebutuhan akan bahan bakar minyak terus mengalami peningkatan.
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui kemungkinan
green roofts bisa meminimalisir dampak dari pemanasan global. Dari tujuan
penulisan tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yaitu mendapat
pengetahuan dan potensi atap hijau dalam hal meminimalisir dampak-dampak
pemanasan global.
Dampak pemanasan global sudah dirasakan di seluruh dunia. Dampak dari
pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan bumi, pergeseran
ekosistem dan degradasi lingkungan. Banyak cara yang telah dilakukan untuk
mencegah pemanasan global antara lain dengan cara melakukan penghijauan,
mengurangi pemakaian bahan bakar fosil dan melarang penggunaan kendaraan 2
tak. Namun, cara ini kurang optimal.
Alternative dari permasalahan ini adalah dengan atap hijau dimana atap hijau
akan mampu menyerap gas-gas buangan tadi. Selain mampu menyerap gas-gas
tersebut, atap hijau juga mampu menurunkan konsumsi listrik buat masyarakat.
Pada siang hari atap hijau mampu menyerap panas pada atap gedung dari 70ºC
turun menjadi 30ºC sehingga suhu dalam ruangan menjadi dingin dan menguragi
pamakaian pendingin ruangan. Atap hiaju juga mampu membersihkan udara dari
segala polutan dan membuat udara menjadi bersih. Atap hijau dengan luas satu
meter persegi mampu menyerap debu yang ada diudara sebanyak 0,2 kg dan atap
hijau seluas 155 m2 mampu menghaslkan oksigen cukup untuk satu orang selama
24 jam.

Jumat, 05 Maret 2010

Jadwal Kuliah I Wayan Sugiata

Senin : Kimia Instrumen, Biokimia II

Selasa : Metodologi Penelitian, Ikatan Kimia

Rabu : Praktikum Biokimia, Kimia Lingkungan

Kamis : Kimia Anorganik Lanjut

Jumat : Pengajaran Mikro

TUGAS SBM

Tugas Strategi Belajar Pembelajaran

Oleh:
Nama : I Wayan Sugiata
NIM : 0713031002


Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
2009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Identitas

Sekolah : SMA Negeri 1 Singaraja
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas Semester : XI IA/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)

Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
Menjelaskan pengertian laju reaksi
Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Materi Pokok
Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan :
A → B
dengan :
A : reaktan
B : produk
Maka laju reaksinya dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
Keterangan ;
v = laju reaksi
Δ[A] = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi
Δ[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Δt = waktu
Nilai positif laju reaksi yang dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu, nilainegatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.
Kadang-kadang reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang perbandingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien-koefisien reaksi, sehingga persamaan kimianya dapat dituliskan sebagai berikut
pA + qB → rC + sD
dengan :
A, B = zat-zat pereaksi
C,D = zat-zat hasil reaksi
p, q, r, s = koefisien reaksi




Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan menggunakan cara fisika dan cara kimia. Secara fisika, didasarkan pada sifat-sifat fisis zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia yang berhubungan dengan konsentrasi zat-zat tersebut, seperti tekanan, konduktivitas listrik, dan lain-lain. Secara kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung laju reaksi dengan menggunakan persamaan laju reaksi.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi dapat meningkatkan laju reaksi. Untuk reaksi A + B → C + D, maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.



dengan :
v : laju reaksi
k : tetapan laju reaksi (hanya bergantung pada temperatur dan katalis)
[A] : konsentrasi pereaksi A
[B] : konsentrasi pereaksi B
m : orde reaksi terhadap A
n : orde reaksi terhadap B
m + n : orde reaksi total
Berkaitan dengan penambahan konsentrasi zat pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang disebut dengan orde reaksi. Orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.


dengan :
q : orde reaksi
m : kenaikan konsentrasi
n : kenaikan laju reaksi
Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat. Pada penentuan laju reaksi, harga orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi, dan harga orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan data percobaan atau eksperimen bukan hanya dari persamaan reaksi. Dalam suatu percobaan kadang kala orde reaksi yang diperoleh sama dengan koefisien reaksinya, sehingga reaksi tersebut dinamakan reaksi sederhana (reaksi elementer)
METODE PEMBELAJARAN
- Induktif: Metode Tanya Jawab (interaktif), pemberian informasi
PROSES PEMBELAJARAN
Persiapan dan Pembuka (± 15 menit)
Salam
Mengecek kehadiran siswa
Fokusing : mengingatkan kembali materi sebelumnya

Kegiatan Inti (± 110 menit)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Tempat
Membahas soal pada pertemuan sebelumnya
Memberikan kesempatan siswa menyimak materi yang terdapat dalm buku.
Memotivasi siswa dengan pertanyaan terkait dengan topik - memahami materi dalam buku, memberikan informasi/pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dari guru 15 menit








Ruang Kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Singaraja

Membantu siswa dalam mengorganisir pengetahuannya untuk memahami topik yang dipelajari. Memecahkan masalah dalam diskusi dengan teman 15 menit
Menjelaskan mengenai laju reaksi dan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Mengamati kegiatan siswa Siswa memperhatikan penjelasan guru 30 menit
Memberikan contoh-contoh dari materi yang diberikan yang ada dalam kehidupan sehari-hari Memberikan contoh-contoh 10 menit
Memberikan masalah yang akan didiskusikan oleh siswa
Mencermati masalah yang diberikan dan mendiskusikan dengan teman. 10 menit

Memberikan latihan soal tentang pengertian laju reaksi dan membahas bersama Mengerjakan latihan soal 20 menit
Memberikan komentar mengenai pertanyaan dan jika terdapat miskonsepsi Mendengarkan informasi guru dan mengoreksi miskonsepsi yang ada dari penjelasan guru 10 menit

Kegiatan Penutup (± 10 menit)
Menyimpulkan bersama topik yang dibicarakan.
Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai topik
Salam
References
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Hal 290-316. Jakarta : Erlangga
Haryanto, Untung Tri. ......... Kreatif Kreasi Belajar Siswa Aktif Kimia Xia. Klaten : Viva Pakarindo
Parning. 2008. Kimia SMA Kelas XI Semester Pertama. Hal: 23-38 Jakarta : Yudhistira
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2. Hal 28-35. Solo : Platinum
Sunardi. 2008. Kimia Bilingual untuk SMA Kelas XI. Hal 64-83. Bandung : Yrama Widya
EQUIPMENT AND MEDIA
Spidol, White Board, laptop, LCD
PROSEDUR PENILAIAN
Metode Evaluasi : Kognitif melalui rubrik penilaian. Afektif dilakukan dengan lembar pengamatan individu, yang dilakukan oleh guru mengadakan penilaian, baik berupa komentar atau dalam bentuk pengamatan. Penilaian Afektif juga menggunakan rubrik penilaian afektif.
Instrumen : rubrik penilaian afektif dan kognitif
Singaraja, September 28th 2008
Teacher Supervisor, Practice Teacher,

I.A Putu Widiartini, S.Pd I Komang Setiawan
NIP. 600020646 NIM.0513031012
Lector Supervisor, Principal,
Prof.Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc.Ph.D Drs. I Nyoman Darta
NIP. 131 783 624 NIP.131 785 682
PEMBAHASAN

Identifikasi Pendekatan, Metode, Teknik Pembelajaran, dan Siklus Belajar
Pendekatan
Pendekatan pembelajaran merupakan ide atau keinginan yang dimiliki guru untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melakukan pendekatan, maka guru dapat menciptakan situasi pembelajaran yang tepat dilihat dari prinsip-prinsip pengembangan pengetahuan anak. Ada tiga pendekatan yang sering digunakan yaitu pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif.
Pendekatan yang digunakan pada RPP di atas adalah pendekatan induktif. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan inti pembelajaran dimana guru menjelaskan mengenai laju reaksi, persamaanya dan orde reaksi serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Proses penyimpulan ada pada bagian akhir kegiatan belajar. Pendekatan induktif ini sangat efektif digunakan dalam pembelajaran dan terstruktur untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Metode
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai sasaran pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan ditentukan oleh pendekatan pembelajaran yang dipilih. Dalam pembelajaran, dapat menggunakan lebih dari satu metode dan bisa dikombinasikan. Beberapa contoh metode mengajar yaitu : metode resitasi, demonstrasi, eksperimen, diskusi, proyek, dan interaktif komputer.
Metode yang digunakan pada RPP diatas adalah metode ceramah, diskusi, dan resitasi. Penggunaan metode ceramah dapat dilihat saat guru menjelaskan materi pelajaran yang disisipi dengan pemberian pertanyaan terkait yang bertujuan untuk memotivasi siswa (metode resitasi). Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang dibarengi dengan tanya jawab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Pengunaan metode diskusi ini bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak monoton dan membuat suasana belajar tidak kaku. Dengan diskusi, semua yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran menjadi aktif sehingga proses pembelajaran berjalan optimal.
Teknik
Teknik pembelajaran merupakan usaha operasional untuk mengoptimalkan perpaduan penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran dengan menyesuaikan situasi di lapangan. Jadi maksudnya disini adalah teknik merupakan seni penggunaan metode yaitu dari metode-metode yang ada dapat divariasikan sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran.
Pada RPP diatas, teknik yang digunakan adalah teknik ceramah dimana guru menyampaikan materi kepada siswa dan penyampaian contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran bersifat konstektual. Selain menggunakan teknik ceramah, pada RPP diatas juga menggunakan teknik diskusi yaitu diskusi kelompok kecil.
Siklus belajar
Pada RPP diatas, siklus belajar yang digunakan adalah siklus belajar deskriptif. Hal ini dapat dilihat guru mengidentifikasi konsep-konsep tentang laju reaksi, persamaannya dan orde rekasi. Pada fase eksplorasi, siswa mengekplorasi fenomena dan berusaha menemukan serta menjelaskan pola. Setelah guru memberikan konsep-konsep pembelajaran, siswa disuruh untuk menggali dan menemukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Siswa memberikan respon dengan memberikan penadapat dan pengetahuan yang ia miliki dan guru menanggapinya dan membenarkan konsep-konsep yang keliru. Fase penerapan konsep terletak pada bagian akhir dari pembelajaran yaitu memberikan soal latihan tentang laju reaksi dan membahas bersama. Siklus belajar deskriptif cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena siklus ini tertata dengan rapi sehingga mudah diterapkan oleh guru dan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang sedang dipelajarinya. Selain itu, siklus ini juga dapat memantapkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari karean siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi diri.
Komentar
Dari pembahasan RPP diatas, RPP diatas sudah cukup baik namun masih ada beberapa kekurangan yang terkait dengan pendekatan, metode, dan teknik.
Pendekatan pembelajaran
Pendekatan yang digunakan pada RPP diatas adalah pendekatan induktif. Pendekatan yang digunakan sudah baik, karena pendekatan induktif mampu mengantarkan siswa ke arah berpikir yang terstruktur sehingga pemahaman siswa akan lebih terkonstruksi dengan jelas. Selain itu, perlu juga ditambahkan dengan pendekatan diskoveri sehingga proses mental siswa meningkat.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan RPP tersebut adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Metode tersebut sudah baik dan saling melengkapi metode yang satu dengan yang lain sehingga preses pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja, tetapi siswa juga ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai tambahan untuk meningkatan pemahaman siswa, perlu ditambahkan dengan metode yang menunjang hal ini. Metode yang sangat tepat adalah metode eksperimen sehingga pengetahuan siswa melekat kuat.
Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran yang digunakan pada RPP diatas adalah teknik diskusi, dimana siswa membentuk kelompok diskusi kecil untuk membahas masalah yang diberikan guru. Namun teknik diskusi ini perlu divariasi. Misalnya dengan melakukan diskusi panel sehingga siswa dapat melakukan tukar pendapat dengan siswa yang lainnya sehingga pengetahuan siswa bertambah.
Siklus Belajar
Pada RPP diatas, siklus belajar yang digunakan adalah siklus belajar deskritif. Menurut saya siklus belajar yang digunakan sudan baik karena siklus ini sudah tertata dengan rapi sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.





Identifikasi RPP
Identitas

Sekolah : SMA Negeri 1 Singaraja
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas Semester : XI IA/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)


No. Komponen/Sub komponen Rancangan Isi Aktifitas Metode & Teknik
1. Preinstruksional
a. Motivasi Memotivasi siswa dengan pertanyaan terkait dengan topik. Tanya jawab
b. Pemberitahuan acuan Mengingatkan kembali materi sebelumnya.
c. Entry behavior -
2. Presentasi Informasi
a. SK :
memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
KD :
Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator :
Menjelaskan pengertian laju reaksi.
Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi.

b. Informasi
Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan :
A → B
dengan :
A : reaktan
B : produk
Maka laju reaksinya dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
Keterangan ;


v =laju reaksi
Δ[A] = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi
Δ[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Δt = waktu
Nilai positif laju reaksi yang dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu, nilainegatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.
Kadang-kadang reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang perbandingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien-koefisien reaksi, sehingga persamaan kimianya dapat dituliskan sebagai berikut
pA + qB → rC + sD
dengan :
A, B = zat-zat pereaksi
C,D = zat-zat hasil reaksi
p, q, r, s = koefisien reaksi




Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan menggunakan cara fisika dan cara kimia. Secara fisika, didasarkan pada sifat-sifat fisis zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia yang berhubungan dengan konsentrasi zat-zat tersebut, seperti tekanan, konduktivitas listrik, dan lain-lain. Secara kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung laju reaksi dengan menggunakan persamaan laju reaksi.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi dapat meningkatkan laju reaksi. Untuk reaksi A + B → C + D, maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.



dengan :
v : laju reaksi
k : tetapan laju reaksi (hanya bergantung pada temperatur dan katalis)
[A] : konsentrasi pereaksi A
[B] : konsentrasi pereaksi B
m : orde reaksi terhadap A
n : orde reaksi terhadap B
m + n : orde reaksi total
Berkaitan dengan penambahan konsentrasi zat pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang disebut dengan orde reaksi. Orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.


dengan :
q : orde reaksi
m : kenaikan konsentrasi
n : kenaikan laju reaksi
Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat. Pada penentuan laju reaksi, harga orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi, dan harga orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan data percobaan atau eksperimen bukan hanya dari persamaan reaksi. Dalam suatu percobaan kadang kala orde reaksi yang diperoleh sama dengan koefisien reaksinya, sehingga reaksi tersebut dinamakan reaksi sederhana (reaksi elementer)
Guru menjelaskan topik, mengumpulkan informasi dan masalah yang dialami siswa, mengamati kegiatan siswa, memberikan latihan soal serta memberikan komentar mengenai pertanyaan jika terdapat miskonsepsi. Siswa Memperhatikan penjelasan guru, memberikan informasi/pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dari guru

Ceramah dan diskusi.
c. Contoh Contoh berupa hubungan antara konsentrasi dengan kenaikan laju reaksi.




3. Partisipasi Siswa
a. Praktek Memperahtikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dari guru Memecahkan masalah dalam diskusi dengan teman melalui diskusi kelompok
Memberikan contoh-contoh.
Mendengarkan informasi guru dan mengoreksi miskonsepsi yang ada dari penjelasan guru.

b. Feedback (umpan balik) -

PEMBAHASAN
Dari RPP diatas kita dapat mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari masing-masing komponennya yaitu:
Komponen preinstruksional mencakup motivasi, pemberitahuan acuan, dan entry behavior. Pada bagian preintruksional masih terdapat kekurangan yaitu tidak ada entry behavior. Entry behavior diberikan kepada siswa biasanya berupa pretest. Pretest sangat penting diberikan kepada siswa karena dapat digunakan sebagai acuan seberapa siap seorang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan adalah perlu dilaksanakan pretest untuk mengetahui kesiapan siswa menerima pelajaran.
Presentasi Informasi terdiri dari SK, KD, Indikator yang sudah ada dalam RPP diatas. Komponen yang sangat penting dalam RPP. Namun, pada bagian ini masih ada kekurangan pada bagian contoh. Contoh hanya disajikan berupa hubungan saja tanpa ada contoh soal yang dikerjakan untuk siswa. Contoh soal sangat penting diberikan kepada siswa karena dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dipelajarinya. Perbaikan yang dilakukan adalah perlu membarikan contoh soal sehingga pemahaman siswa meningkat mengenai pelajaran yang sedang dipelajari.
Partisipasi siswa dalam RPP diatas sudah aktif. Hal ini sudah dipaparkar pada kegiatan siswa. Namum, pada partisipasi siswa belum ada umpan balik yang biasanya dilakukan dengan memberikan pengayaan atau remidi kepada siswa yang belum menguasai materi dengan baik. Perbaikan yang perlu ditambahkan pada RPP diatas adalah memberikan remidi atau pengayaan terhadap siswa yang belum menguasai materi dengan baik sehingga siswa mampu memperbaiki nilainya yang belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh sekolah siswa bersangkutan.

SBM

Tugas Strategi Belajar Pembelajaran

Oleh:
Nama : I Wayan Sugiata
NIM : 0713031002


Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
2009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Identitas

Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas Semester : XI IA/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)

Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
Menjelaskan pengertian laju reaksi
Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Materi Pokok
Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan :
A → B
dengan :
A : reaktan
B : produk
Maka laju reaksinya dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
Keterangan ;
v = laju reaksi
Δ[A] = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi
Δ[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Δt = waktu
Nilai positif laju reaksi yang dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu, nilainegatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.
Kadang-kadang reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang perbandingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien-koefisien reaksi, sehingga persamaan kimianya dapat dituliskan sebagai berikut
pA + qB → rC + sD
dengan :
A, B = zat-zat pereaksi
C,D = zat-zat hasil reaksi
p, q, r, s = koefisien reaksi




Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan menggunakan cara fisika dan cara kimia. Secara fisika, didasarkan pada sifat-sifat fisis zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia yang berhubungan dengan konsentrasi zat-zat tersebut, seperti tekanan, konduktivitas listrik, dan lain-lain. Secara kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung laju reaksi dengan menggunakan persamaan laju reaksi.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi dapat meningkatkan laju reaksi. Untuk reaksi A + B → C + D, maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.



dengan :
v : laju reaksi
k : tetapan laju reaksi (hanya bergantung pada temperatur dan katalis)
[A] : konsentrasi pereaksi A
[B] : konsentrasi pereaksi B
m : orde reaksi terhadap A
n : orde reaksi terhadap B
m + n : orde reaksi total
Berkaitan dengan penambahan konsentrasi zat pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang disebut dengan orde reaksi. Orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.


dengan :
q : orde reaksi
m : kenaikan konsentrasi
n : kenaikan laju reaksi
Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat. Pada penentuan laju reaksi, harga orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi, dan harga orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan data percobaan atau eksperimen bukan hanya dari persamaan reaksi. Dalam suatu percobaan kadang kala orde reaksi yang diperoleh sama dengan koefisien reaksinya, sehingga reaksi tersebut dinamakan reaksi sederhana (reaksi elementer)
METODE PEMBELAJARAN
- Induktif: Metode Tanya Jawab (interaktif), pemberian informasi
PROSES PEMBELAJARAN
Persiapan dan Pembuka (± 15 menit)
Salam
Mengecek kehadiran siswa
Fokusing : mengingatkan kembali materi sebelumnya

Kegiatan Inti (± 110 menit)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Tempat
Membahas soal pada pertemuan sebelumnya
Memberikan kesempatan siswa menyimak materi yang terdapat dalm buku.
Memotivasi siswa dengan pertanyaan terkait dengan topik - memahami materi dalam buku, memberikan informasi/pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dari guru 15 menit








Ruang Kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Singaraja

Membantu siswa dalam mengorganisir pengetahuannya untuk memahami topik yang dipelajari. Memecahkan masalah dalam diskusi dengan teman 15 menit
Menjelaskan mengenai laju reaksi dan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Mengamati kegiatan siswa Siswa memperhatikan penjelasan guru 30 menit
Memberikan contoh-contoh dari materi yang diberikan yang ada dalam kehidupan sehari-hari Memberikan contoh-contoh 10 menit
Memberikan masalah yang akan didiskusikan oleh siswa
Mencermati masalah yang diberikan dan mendiskusikan dengan teman. 10 menit

Memberikan latihan soal tentang pengertian laju reaksi dan membahas bersama Mengerjakan latihan soal 20 menit
Memberikan komentar mengenai pertanyaan dan jika terdapat miskonsepsi Mendengarkan informasi guru dan mengoreksi miskonsepsi yang ada dari penjelasan guru 10 menit

Kegiatan Penutup (± 10 menit)
Menyimpulkan bersama topik yang dibicarakan.
Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai topik
Salam
References
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Hal 290-316. Jakarta : Erlangga
Haryanto, Untung Tri. ......... Kreatif Kreasi Belajar Siswa Aktif Kimia Xia. Klaten : Viva Pakarindo
Parning. 2008. Kimia SMA Kelas XI Semester Pertama. Hal: 23-38 Jakarta : Yudhistira
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2. Hal 28-35. Solo : Platinum
Sunardi. 2008. Kimia Bilingual untuk SMA Kelas XI. Hal 64-83. Bandung : Yrama Widya
EQUIPMENT AND MEDIA
Spidol, White Board, laptop, LCD
PROSEDUR PENILAIAN
Metode Evaluasi : Kognitif melalui rubrik penilaian. Afektif dilakukan dengan lembar pengamatan individu, yang dilakukan oleh guru mengadakan penilaian, baik berupa komentar atau dalam bentuk pengamatan. Penilaian Afektif juga menggunakan rubrik penilaian afektif.
Instrumen : rubrik penilaian afektif dan kognitif
Singaraja, September 28th 2008
Teacher Supervisor, Practice Teacher,

I.A Putu Widiartini, S.Pd I Komang Setiawan
NIP. 600020646 NIM.0513031012
Lector Supervisor, Principal,
Prof.Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc.Ph.D Drs. I Nyoman Darta
NIP. 131 783 624 NIP.131 785 682
PEMBAHASAN

Identifikasi Pendekatan, Metode, Teknik Pembelajaran, dan Siklus Belajar
Pendekatan
Pendekatan pembelajaran merupakan ide atau keinginan yang dimiliki guru untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melakukan pendekatan, maka guru dapat menciptakan situasi pembelajaran yang tepat dilihat dari prinsip-prinsip pengembangan pengetahuan anak. Ada tiga pendekatan yang sering digunakan yaitu pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif.
Pendekatan yang digunakan pada RPP di atas adalah pendekatan induktif. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan inti pembelajaran dimana guru menjelaskan mengenai laju reaksi, persamaanya dan orde reaksi serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Proses penyimpulan ada pada bagian akhir kegiatan belajar. Pendekatan induktif ini sangat efektif digunakan dalam pembelajaran dan terstruktur untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Metode
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai sasaran pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan ditentukan oleh pendekatan pembelajaran yang dipilih. Dalam pembelajaran, dapat menggunakan lebih dari satu metode dan bisa dikombinasikan. Beberapa contoh metode mengajar yaitu : metode resitasi, demonstrasi, eksperimen, diskusi, proyek, dan interaktif komputer.
Metode yang digunakan pada RPP diatas adalah metode ceramah, diskusi, dan resitasi. Penggunaan metode ceramah dapat dilihat saat guru menjelaskan materi pelajaran yang disisipi dengan pemberian pertanyaan terkait yang bertujuan untuk memotivasi siswa (metode resitasi). Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang dibarengi dengan tanya jawab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Pengunaan metode diskusi ini bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak monoton dan membuat suasana belajar tidak kaku. Dengan diskusi, semua yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran menjadi aktif sehingga proses pembelajaran berjalan optimal.
Teknik
Teknik pembelajaran merupakan usaha operasional untuk mengoptimalkan perpaduan penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran dengan menyesuaikan situasi di lapangan. Jadi maksudnya disini adalah teknik merupakan seni penggunaan metode yaitu dari metode-metode yang ada dapat divariasikan sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran.
Pada RPP diatas, teknik yang digunakan adalah teknik ceramah dimana guru menyampaikan materi kepada siswa dan penyampaian contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran bersifat konstektual. Selain menggunakan teknik ceramah, pada RPP diatas juga menggunakan teknik diskusi yaitu diskusi kelompok kecil.
Siklus belajar
Pada RPP diatas, siklus belajar yang digunakan adalah siklus belajar deskriptif. Hal ini dapat dilihat guru mengidentifikasi konsep-konsep tentang laju reaksi, persamaannya dan orde rekasi. Pada fase eksplorasi, siswa mengekplorasi fenomena dan berusaha menemukan serta menjelaskan pola. Setelah guru memberikan konsep-konsep pembelajaran, siswa disuruh untuk menggali dan menemukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Siswa memberikan respon dengan memberikan penadapat dan pengetahuan yang ia miliki dan guru menanggapinya dan membenarkan konsep-konsep yang keliru. Fase penerapan konsep terletak pada bagian akhir dari pembelajaran yaitu memberikan soal latihan tentang laju reaksi dan membahas bersama. Siklus belajar deskriptif cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena siklus ini tertata dengan rapi sehingga mudah diterapkan oleh guru dan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang sedang dipelajarinya. Selain itu, siklus ini juga dapat memantapkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari karean siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi diri.
Komentar
Dari pembahasan RPP diatas, RPP diatas sudah cukup baik namun masih ada beberapa kekurangan yang terkait dengan pendekatan, metode, dan teknik.
Pendekatan pembelajaran
Pendekatan yang digunakan pada RPP diatas adalah pendekatan induktif. Pendekatan yang digunakan sudah baik, karena pendekatan induktif mampu mengantarkan siswa ke arah berpikir yang terstruktur sehingga pemahaman siswa akan lebih terkonstruksi dengan jelas. Selain itu, perlu juga ditambahkan dengan pendekatan diskoveri sehingga proses mental siswa meningkat.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan RPP tersebut adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Metode tersebut sudah baik dan saling melengkapi metode yang satu dengan yang lain sehingga preses pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja, tetapi siswa juga ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai tambahan untuk meningkatan pemahaman siswa, perlu ditambahkan dengan metode yang menunjang hal ini. Metode yang sangat tepat adalah metode eksperimen sehingga pengetahuan siswa melekat kuat.
Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran yang digunakan pada RPP diatas adalah teknik diskusi, dimana siswa membentuk kelompok diskusi kecil untuk membahas masalah yang diberikan guru. Namun teknik diskusi ini perlu divariasi. Misalnya dengan melakukan diskusi panel sehingga siswa dapat melakukan tukar pendapat dengan siswa yang lainnya sehingga pengetahuan siswa bertambah.
Siklus Belajar
Pada RPP diatas, siklus belajar yang digunakan adalah siklus belajar deskritif. Menurut saya siklus belajar yang digunakan sudan baik karena siklus ini sudah tertata dengan rapi sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.





Identifikasi RPP
Identitas

Sekolah : SMA Negeri 1 Singaraja
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas Semester : XI IA/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)


No. Komponen/Sub komponen Rancangan Isi Aktifitas Metode & Teknik
1. Preinstruksional
a. Motivasi Memotivasi siswa dengan pertanyaan terkait dengan topik. Tanya jawab
b. Pemberitahuan acuan Mengingatkan kembali materi sebelumnya.
c. Entry behavior -
2. Presentasi Informasi
a. SK :
memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
KD :
Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator :
Menjelaskan pengertian laju reaksi.
Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi.

b. Informasi
Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan :
A → B
dengan :
A : reaktan
B : produk
Maka laju reaksinya dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
Keterangan ;


v =laju reaksi
Δ[A] = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi
Δ[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Δt = waktu
Nilai positif laju reaksi yang dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu, nilainegatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.
Kadang-kadang reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang perbandingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien-koefisien reaksi, sehingga persamaan kimianya dapat dituliskan sebagai berikut
pA + qB → rC + sD
dengan :
A, B = zat-zat pereaksi
C,D = zat-zat hasil reaksi
p, q, r, s = koefisien reaksi




Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan menggunakan cara fisika dan cara kimia. Secara fisika, didasarkan pada sifat-sifat fisis zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia yang berhubungan dengan konsentrasi zat-zat tersebut, seperti tekanan, konduktivitas listrik, dan lain-lain. Secara kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung laju reaksi dengan menggunakan persamaan laju reaksi.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi dapat meningkatkan laju reaksi. Untuk reaksi A + B → C + D, maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.



dengan :
v : laju reaksi
k : tetapan laju reaksi (hanya bergantung pada temperatur dan katalis)
[A] : konsentrasi pereaksi A
[B] : konsentrasi pereaksi B
m : orde reaksi terhadap A
n : orde reaksi terhadap B
m + n : orde reaksi total
Berkaitan dengan penambahan konsentrasi zat pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang disebut dengan orde reaksi. Orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.


dengan :
q : orde reaksi
m : kenaikan konsentrasi
n : kenaikan laju reaksi
Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat. Pada penentuan laju reaksi, harga orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi, dan harga orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan data percobaan atau eksperimen bukan hanya dari persamaan reaksi. Dalam suatu percobaan kadang kala orde reaksi yang diperoleh sama dengan koefisien reaksinya, sehingga reaksi tersebut dinamakan reaksi sederhana (reaksi elementer)
Guru menjelaskan topik, mengumpulkan informasi dan masalah yang dialami siswa, mengamati kegiatan siswa, memberikan latihan soal serta memberikan komentar mengenai pertanyaan jika terdapat miskonsepsi. Siswa Memperhatikan penjelasan guru, memberikan informasi/pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dari guru

Ceramah dan diskusi.
c. Contoh Contoh berupa hubungan antara konsentrasi dengan kenaikan laju reaksi.




3. Partisipasi Siswa
a. Praktek Memperahtikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dari guru Memecahkan masalah dalam diskusi dengan teman melalui diskusi kelompok
Memberikan contoh-contoh.
Mendengarkan informasi guru dan mengoreksi miskonsepsi yang ada dari penjelasan guru.

b. Feedback (umpan balik) -

PEMBAHASAN
Dari RPP diatas kita dapat mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari masing-masing komponennya yaitu:
Komponen preinstruksional mencakup motivasi, pemberitahuan acuan, dan entry behavior. Pada bagian preintruksional masih terdapat kekurangan yaitu tidak ada entry behavior. Entry behavior diberikan kepada siswa biasanya berupa pretest. Pretest sangat penting diberikan kepada siswa karena dapat digunakan sebagai acuan seberapa siap seorang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan adalah perlu dilaksanakan pretest untuk mengetahui kesiapan siswa menerima pelajaran.
Presentasi Informasi terdiri dari SK, KD, Indikator yang sudah ada dalam RPP diatas. Komponen yang sangat penting dalam RPP. Namun, pada bagian ini masih ada kekurangan pada bagian contoh. Contoh hanya disajikan berupa hubungan saja tanpa ada contoh soal yang dikerjakan untuk siswa. Contoh soal sangat penting diberikan kepada siswa karena dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dipelajarinya. Perbaikan yang dilakukan adalah perlu membarikan contoh soal sehingga pemahaman siswa meningkat mengenai pelajaran yang sedang dipelajari.
Partisipasi siswa dalam RPP diatas sudah aktif. Hal ini sudah dipaparkar pada kegiatan siswa. Namum, pada partisipasi siswa belum ada umpan balik yang biasanya dilakukan dengan memberikan pengayaan atau remidi kepada siswa yang belum menguasai materi dengan baik. Perbaikan yang perlu ditambahkan pada RPP diatas adalah memberikan remidi atau pengayaan terhadap siswa yang belum menguasai materi dengan baik sehingga siswa mampu memperbaiki nilainya yang belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh sekolah siswa bersangkutan.

SBM

Tugas Strategi Belajar Pembelajaran

Oleh:
Nama : I Wayan Sugiata
NIM : 0713031002


Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
2009
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Identitas

Sekolah : SMA Negeri 1 Singaraja
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas Semester : XI IA/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)

Standar Kompetensi
Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari
Indikator
Menjelaskan pengertian laju reaksi
Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi
Siswa dapat menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Materi Pokok
Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan :
A → B
dengan :
A : reaktan
B : produk
Maka laju reaksinya dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
Keterangan ;
v = laju reaksi
Δ[A] = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi
Δ[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Δt = waktu
Nilai positif laju reaksi yang dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu, nilainegatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.
Kadang-kadang reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang perbandingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien-koefisien reaksi, sehingga persamaan kimianya dapat dituliskan sebagai berikut
pA + qB → rC + sD
dengan :
A, B = zat-zat pereaksi
C,D = zat-zat hasil reaksi
p, q, r, s = koefisien reaksi




Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan menggunakan cara fisika dan cara kimia. Secara fisika, didasarkan pada sifat-sifat fisis zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia yang berhubungan dengan konsentrasi zat-zat tersebut, seperti tekanan, konduktivitas listrik, dan lain-lain. Secara kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung laju reaksi dengan menggunakan persamaan laju reaksi.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi dapat meningkatkan laju reaksi. Untuk reaksi A + B → C + D, maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.



dengan :
v : laju reaksi
k : tetapan laju reaksi (hanya bergantung pada temperatur dan katalis)
[A] : konsentrasi pereaksi A
[B] : konsentrasi pereaksi B
m : orde reaksi terhadap A
n : orde reaksi terhadap B
m + n : orde reaksi total
Berkaitan dengan penambahan konsentrasi zat pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang disebut dengan orde reaksi. Orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.


dengan :
q : orde reaksi
m : kenaikan konsentrasi
n : kenaikan laju reaksi
Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat. Pada penentuan laju reaksi, harga orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi, dan harga orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan data percobaan atau eksperimen bukan hanya dari persamaan reaksi. Dalam suatu percobaan kadang kala orde reaksi yang diperoleh sama dengan koefisien reaksinya, sehingga reaksi tersebut dinamakan reaksi sederhana (reaksi elementer)
METODE PEMBELAJARAN
- Induktif: Metode Tanya Jawab (interaktif), pemberian informasi
PROSES PEMBELAJARAN
Persiapan dan Pembuka (± 15 menit)
Salam
Mengecek kehadiran siswa
Fokusing : mengingatkan kembali materi sebelumnya

Kegiatan Inti (± 110 menit)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu Tempat
Membahas soal pada pertemuan sebelumnya
Memberikan kesempatan siswa menyimak materi yang terdapat dalm buku.
Memotivasi siswa dengan pertanyaan terkait dengan topik - memahami materi dalam buku, memberikan informasi/pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dari guru 15 menit








Ruang Kelas XI IA2 SMA Negeri 1 Singaraja

Membantu siswa dalam mengorganisir pengetahuannya untuk memahami topik yang dipelajari. Memecahkan masalah dalam diskusi dengan teman 15 menit
Menjelaskan mengenai laju reaksi dan persamaan laju reaksi dan orde reaksi
Mengamati kegiatan siswa Siswa memperhatikan penjelasan guru 30 menit
Memberikan contoh-contoh dari materi yang diberikan yang ada dalam kehidupan sehari-hari Memberikan contoh-contoh 10 menit
Memberikan masalah yang akan didiskusikan oleh siswa
Mencermati masalah yang diberikan dan mendiskusikan dengan teman. 10 menit

Memberikan latihan soal tentang pengertian laju reaksi dan membahas bersama Mengerjakan latihan soal 20 menit
Memberikan komentar mengenai pertanyaan dan jika terdapat miskonsepsi Mendengarkan informasi guru dan mengoreksi miskonsepsi yang ada dari penjelasan guru 10 menit

Kegiatan Penutup (± 10 menit)
Menyimpulkan bersama topik yang dibicarakan.
Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai topik
Salam
References
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Hal 290-316. Jakarta : Erlangga
Haryanto, Untung Tri. ......... Kreatif Kreasi Belajar Siswa Aktif Kimia Xia. Klaten : Viva Pakarindo
Parning. 2008. Kimia SMA Kelas XI Semester Pertama. Hal: 23-38 Jakarta : Yudhistira
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2. Hal 28-35. Solo : Platinum
Sunardi. 2008. Kimia Bilingual untuk SMA Kelas XI. Hal 64-83. Bandung : Yrama Widya
EQUIPMENT AND MEDIA
Spidol, White Board, laptop, LCD
PROSEDUR PENILAIAN
Metode Evaluasi : Kognitif melalui rubrik penilaian. Afektif dilakukan dengan lembar pengamatan individu, yang dilakukan oleh guru mengadakan penilaian, baik berupa komentar atau dalam bentuk pengamatan. Penilaian Afektif juga menggunakan rubrik penilaian afektif.
Instrumen : rubrik penilaian afektif dan kognitif
Singaraja, September 28th 2008
Teacher Supervisor, Practice Teacher,

I.A Putu Widiartini, S.Pd I Komang Setiawan
NIP. 600020646 NIM.0513031012
Lector Supervisor, Principal,
Prof.Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc.Ph.D Drs. I Nyoman Darta
NIP. 131 783 624 NIP.131 785 682
PEMBAHASAN

Identifikasi Pendekatan, Metode, Teknik Pembelajaran, dan Siklus Belajar
Pendekatan
Pendekatan pembelajaran merupakan ide atau keinginan yang dimiliki guru untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melakukan pendekatan, maka guru dapat menciptakan situasi pembelajaran yang tepat dilihat dari prinsip-prinsip pengembangan pengetahuan anak. Ada tiga pendekatan yang sering digunakan yaitu pendekatan induktif, deduktif, dan induktif-deduktif.
Pendekatan yang digunakan pada RPP di atas adalah pendekatan induktif. Hal ini dapat dilihat pada kegiatan inti pembelajaran dimana guru menjelaskan mengenai laju reaksi, persamaanya dan orde reaksi serta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Proses penyimpulan ada pada bagian akhir kegiatan belajar. Pendekatan induktif ini sangat efektif digunakan dalam pembelajaran dan terstruktur untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Metode
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mencapai sasaran pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan ditentukan oleh pendekatan pembelajaran yang dipilih. Dalam pembelajaran, dapat menggunakan lebih dari satu metode dan bisa dikombinasikan. Beberapa contoh metode mengajar yaitu : metode resitasi, demonstrasi, eksperimen, diskusi, proyek, dan interaktif komputer.
Metode yang digunakan pada RPP diatas adalah metode ceramah, diskusi, dan resitasi. Penggunaan metode ceramah dapat dilihat saat guru menjelaskan materi pelajaran yang disisipi dengan pemberian pertanyaan terkait yang bertujuan untuk memotivasi siswa (metode resitasi). Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang dibarengi dengan tanya jawab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Pengunaan metode diskusi ini bertujuan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak monoton dan membuat suasana belajar tidak kaku. Dengan diskusi, semua yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran menjadi aktif sehingga proses pembelajaran berjalan optimal.
Teknik
Teknik pembelajaran merupakan usaha operasional untuk mengoptimalkan perpaduan penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran dengan menyesuaikan situasi di lapangan. Jadi maksudnya disini adalah teknik merupakan seni penggunaan metode yaitu dari metode-metode yang ada dapat divariasikan sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran.
Pada RPP diatas, teknik yang digunakan adalah teknik ceramah dimana guru menyampaikan materi kepada siswa dan penyampaian contoh-contohnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran bersifat konstektual. Selain menggunakan teknik ceramah, pada RPP diatas juga menggunakan teknik diskusi yaitu diskusi kelompok kecil.
Siklus belajar
Pada RPP diatas, siklus belajar yang digunakan adalah siklus belajar deskriptif. Hal ini dapat dilihat guru mengidentifikasi konsep-konsep tentang laju reaksi, persamaannya dan orde rekasi. Pada fase eksplorasi, siswa mengekplorasi fenomena dan berusaha menemukan serta menjelaskan pola. Setelah guru memberikan konsep-konsep pembelajaran, siswa disuruh untuk menggali dan menemukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Siswa memberikan respon dengan memberikan penadapat dan pengetahuan yang ia miliki dan guru menanggapinya dan membenarkan konsep-konsep yang keliru. Fase penerapan konsep terletak pada bagian akhir dari pembelajaran yaitu memberikan soal latihan tentang laju reaksi dan membahas bersama. Siklus belajar deskriptif cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena siklus ini tertata dengan rapi sehingga mudah diterapkan oleh guru dan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran yang sedang dipelajarinya. Selain itu, siklus ini juga dapat memantapkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari karean siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi diri.
Komentar
Dari pembahasan RPP diatas, RPP diatas sudah cukup baik namun masih ada beberapa kekurangan yang terkait dengan pendekatan, metode, dan teknik.
Pendekatan pembelajaran
Pendekatan yang digunakan pada RPP diatas adalah pendekatan induktif. Pendekatan yang digunakan sudah baik, karena pendekatan induktif mampu mengantarkan siswa ke arah berpikir yang terstruktur sehingga pemahaman siswa akan lebih terkonstruksi dengan jelas. Selain itu, perlu juga ditambahkan dengan pendekatan diskoveri sehingga proses mental siswa meningkat.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan RPP tersebut adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Metode tersebut sudah baik dan saling melengkapi metode yang satu dengan yang lain sehingga preses pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja, tetapi siswa juga ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai tambahan untuk meningkatan pemahaman siswa, perlu ditambahkan dengan metode yang menunjang hal ini. Metode yang sangat tepat adalah metode eksperimen sehingga pengetahuan siswa melekat kuat.
Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran yang digunakan pada RPP diatas adalah teknik diskusi, dimana siswa membentuk kelompok diskusi kecil untuk membahas masalah yang diberikan guru. Namun teknik diskusi ini perlu divariasi. Misalnya dengan melakukan diskusi panel sehingga siswa dapat melakukan tukar pendapat dengan siswa yang lainnya sehingga pengetahuan siswa bertambah.
Siklus Belajar
Pada RPP diatas, siklus belajar yang digunakan adalah siklus belajar deskritif. Menurut saya siklus belajar yang digunakan sudan baik karena siklus ini sudah tertata dengan rapi sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.





Identifikasi RPP
Identitas

Sekolah : SMA Negeri 1 Singaraja
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas Semester : XI IA/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)


No. Komponen/Sub komponen Rancangan Isi Aktifitas Metode & Teknik
1. Preinstruksional
a. Motivasi Memotivasi siswa dengan pertanyaan terkait dengan topik. Tanya jawab
b. Pemberitahuan acuan Mengingatkan kembali materi sebelumnya.
c. Entry behavior -
2. Presentasi Informasi
a. SK :
memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
KD :
Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator :
Menjelaskan pengertian laju reaksi.
Menentukan persamaan laju reaksi dan orde reaksi.

b. Informasi
Laju Reaksi
Laju reaksi didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan :
A → B
dengan :
A : reaktan
B : produk
Maka laju reaksinya dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut.
Keterangan ;


v =laju reaksi
Δ[A] = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi
Δ[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Δt = waktu
Nilai positif laju reaksi yang dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu, nilainegatif laju reaksi yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang.
Kadang-kadang reaksi kimia melibatkan beberapa zat yang perbandingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien-koefisien reaksi, sehingga persamaan kimianya dapat dituliskan sebagai berikut
pA + qB → rC + sD
dengan :
A, B = zat-zat pereaksi
C,D = zat-zat hasil reaksi
p, q, r, s = koefisien reaksi




Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan menggunakan cara fisika dan cara kimia. Secara fisika, didasarkan pada sifat-sifat fisis zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia yang berhubungan dengan konsentrasi zat-zat tersebut, seperti tekanan, konduktivitas listrik, dan lain-lain. Secara kimia, laju reaksi ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung laju reaksi dengan menggunakan persamaan laju reaksi.

Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan melalui percobaan. Penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi dapat meningkatkan laju reaksi. Untuk reaksi A + B → C + D, maka persamaan laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.



dengan :
v : laju reaksi
k : tetapan laju reaksi (hanya bergantung pada temperatur dan katalis)
[A] : konsentrasi pereaksi A
[B] : konsentrasi pereaksi B
m : orde reaksi terhadap A
n : orde reaksi terhadap B
m + n : orde reaksi total
Berkaitan dengan penambahan konsentrasi zat pereaksi, maka dalam persamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang disebut dengan orde reaksi. Orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat (eksponen) yang menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinaikkan m kali semula dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.


dengan :
q : orde reaksi
m : kenaikan konsentrasi
n : kenaikan laju reaksi
Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang paling lambat. Pada penentuan laju reaksi, harga orde reaksi tidak ada hubungannya dengan koefisien reaksi, dan harga orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan data percobaan atau eksperimen bukan hanya dari persamaan reaksi. Dalam suatu percobaan kadang kala orde reaksi yang diperoleh sama dengan koefisien reaksinya, sehingga reaksi tersebut dinamakan reaksi sederhana (reaksi elementer)
Guru menjelaskan topik, mengumpulkan informasi dan masalah yang dialami siswa, mengamati kegiatan siswa, memberikan latihan soal serta memberikan komentar mengenai pertanyaan jika terdapat miskonsepsi. Siswa Memperhatikan penjelasan guru, memberikan informasi/pertanyaan, dan menjawab pertanyaan dari guru

Ceramah dan diskusi.
c. Contoh Contoh berupa hubungan antara konsentrasi dengan kenaikan laju reaksi.




3. Partisipasi Siswa
a. Praktek Memperahtikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan dari guru Memecahkan masalah dalam diskusi dengan teman melalui diskusi kelompok
Memberikan contoh-contoh.
Mendengarkan informasi guru dan mengoreksi miskonsepsi yang ada dari penjelasan guru.

b. Feedback (umpan balik) -

PEMBAHASAN
Dari RPP diatas kita dapat mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari masing-masing komponennya yaitu:
Komponen preinstruksional mencakup motivasi, pemberitahuan acuan, dan entry behavior. Pada bagian preintruksional masih terdapat kekurangan yaitu tidak ada entry behavior. Entry behavior diberikan kepada siswa biasanya berupa pretest. Pretest sangat penting diberikan kepada siswa karena dapat digunakan sebagai acuan seberapa siap seorang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan adalah perlu dilaksanakan pretest untuk mengetahui kesiapan siswa menerima pelajaran.
Presentasi Informasi terdiri dari SK, KD, Indikator yang sudah ada dalam RPP diatas. Komponen yang sangat penting dalam RPP. Namun, pada bagian ini masih ada kekurangan pada bagian contoh. Contoh hanya disajikan berupa hubungan saja tanpa ada contoh soal yang dikerjakan untuk siswa. Contoh soal sangat penting diberikan kepada siswa karena dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dipelajarinya. Perbaikan yang dilakukan adalah perlu membarikan contoh soal sehingga pemahaman siswa meningkat mengenai pelajaran yang sedang dipelajari.
Partisipasi siswa dalam RPP diatas sudah aktif. Hal ini sudah dipaparkar pada kegiatan siswa. Namum, pada partisipasi siswa belum ada umpan balik yang biasanya dilakukan dengan memberikan pengayaan atau remidi kepada siswa yang belum menguasai materi dengan baik. Perbaikan yang perlu ditambahkan pada RPP diatas adalah memberikan remidi atau pengayaan terhadap siswa yang belum menguasai materi dengan baik sehingga siswa mampu memperbaiki nilainya yang belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh sekolah siswa bersangkutan.

IDENTIFIKASI KATION SECARA BASAH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
IDENTIFIKASI KATION SECARA BASAH




OLEH :
PUTU EKA SURYA PUTRA, NIM. 0713031001
I WAYAN SUGIATA, NIM. 0713031002
LUH MURNIASIH, NIM. 0713031010





JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
2009






Percobaan V
IDENTIFIKASI KATION CARA BASAH

Tujuan : 1. mengidentifikasi kelarutan senyawa garam dan oksidanya,
2. mengidentifikasi reaksi yang dialami beberapa kation serta mengenal bentuk dan warna hasil reaksinya.
Hari/Tanggal : Selasa, 7 April 2009
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Kimia/MIPA
Nama Kelompok : Putu Eka Surya Putra (0713031001)
I Wayan Sugiata (0713031002)
Luh Murniasih (0713031010)


I. PENDAHULUAN
Analisis kualitatif kebanyakan dilakukan dengan cara basah yaitu untuk zat-zat dalam bentuk larutan. Apalagi dalam melakukan analisis suatu campuran telah ditunjukkan kesulitan-kesulitan untuk menentukkan dengan pasti, kation-kation apa yang terdapat dalam campuran tersebut. Cara untuk analisis suatu campuran adalah dengan memepergunakan pereaksi selektif yaitu memisahkan segolongan kation dari yang lain. Misalnya, bila suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation terendapkan dan sebagian lagi tetap berada dalam larutan, maka selanjutnya endapan disaring. Dengan demikian terdapat dua kelompok campuran yang isinya masing-masing berkurang dari campuran sebelumnya bila kemudian larutan dan endapannya ditambahkan pereaksi selektif lain, sehingga sebagian dari larutan akan mengendap dan sebagian endapan semula akan melarut.
Pembuktian ada tidaknya suatu kation dilakukan melalui reaksi reaksi yang menyebabkan terjadinya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula yang dikenal dari perbedaan sifat fisikanya, anatara lain: terbentuknya endapan, perubahan warna, pembentukkan gas, dan bentuk kristal yang khas. Oleh karen itu, sangat diperlukan pengetahuan tentang sifat larut/tak larut suatu bahan dalam air,dalam asam maupun basa, warna-warna yang terbentuk dalam suatu reaksi.
Larutnya suatu garam dalam zat cair dapat disebabkan oleh hal berikut. Apabila zat cairnya adalah air maka garam tersebut diuraikan oleh air menghasilkan ion-ionnya. Misalnya larutan NaCl dalam air.
NaCl(s) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Apabila dalam air sudah terlarut ion-ion yang lain, maka larutan yang dihasilkan adalah hasil bereaksinya garam tersebut dengan ion-ion yang sebelumnya sudah ada dalam zat cair. Misalnya larutnya CaCO3 dalam HCl encer.
HCl(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)
CaCO3(s) + H3O+(aq) → Ca2+(aq) + HCO3 -(aq)
Larutnya CaCO3 disebabkan oleh adanya ion H3O+ dalam air sehingga menghasilkan ion Ca2+ dan HCO3 -. Demikian halnya untuk suatu oksida. Larutnya dalam zat cair disebabkan oleh bereaksinya dengan zat cair atau dengan ion-ion yang sudah ada dalam zat cair tersebut. Misalnya CaO larut dalam air.
CaO + H2O(l) → Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
Jenis reaksi kimia yang mungkin dialami oleh kation adalah reaksi redoks dan bukan redoks. Misalnya reaksi antara ion Cu2+ dan I- untuk reaksi redoks dan ion Zn2+ dan ion OH- bukan redoks.
2Cu2+(aq) + 4I­-(aq) → Cu2I2(s) + I2(aq)
4Zn2+(aq) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s)
Zn2+(aq) + 4OH-(aq) → {Zn(OH)4}2- (aq)
Zn2+(aq) + OH-(aq) → {Zn(OH)}+ (aq)
(Selamat,2004)
Identifikasi kation dengan cara basah dilakukan dengan menggunakan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung (a) dengan terbentuknya endapan, (b) dengan pembebasan gas, (c) dengan perubahan warna (Vogel,1979).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan ke dalam lima golongan berdasarkan sifat golongan tersebut terhadap beberapa reagensia. Reagensia yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, asam sulfida amonium sulfida dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Kelima kation golongan ini adalah:
1. Golongan I : golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah timbal, merkurium(I) dan perak.
2. Golongan II : tidak bereaksi dengan asam klorida, membentuk endapan dengan asam sulfidadalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), stibium(III), stibium(V), timah(II) dan timah(III).
3. Golongan III : kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan asam sulfida pada asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfidadalam suasana netral atau amoniakal. Kation golongan ini adalah kobal(II), nikel(II), besi(II), besi(III), kromium(III), aluminium, seng dan mangan(II).
4. Golongan IV : kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan III. Kation ini membentuk endapam dengan amonium karbonat dengan adanyaamonium klorida dalam suasana sedikit asam atau netral. Kation golongan ini adalah kalsium, stronsium dan barium.
5. Golongan V : kation-kation yang umum, tidak bereaksi dengan reagensia sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir yaitu magnesium, natrium, kalium, amonium, litium dan hidrogen (Vogel, 1979)
II. ALAT DAN BAHAN

Alat Jumlah Bahan Keterangan
Kertas saring 1 buah Larutan HgCl2 0,05 M
Pipa pengalir gas 1 buah Larutan CuSO4 0,25 M
Label 4 buah Larutan Pb(NO3)2 0,25 M
Pemanas 1 buah Larutan CdSO4/Cd(NO3)2 0,25 M
Corong 1 buah Larutan SnCl2 0,25 M
Pipet tetes 5 buah Larutan AlCl3 0,1 M
Penjepit tabung 2 buah Larutan FeCl3 0,1 M
Plat tetes 1 buah Larutan CrCl3 0,25 M
Gelas kimia 100 mL 3 buah Larutan MnCl2 0,25 M
Indikator universal 5 buah Larutan NiSO4 0,25 M
Larutan CoCl2 0,25 M
Larutan ZnCl2 0,25 M
Larutan CaCl2 0,5 M
Larutan BaCl2 0,25 M
Larutan MgCl2 0,5 M
Kertas saring -



III. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN

No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1. Identifikasi ion merkuro (larutan uji Hg2(NO3)2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan alkali karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih dari merkuro karbonat. Endapan akan berubah menjadi abu-abu karena terbentuknya HgO dan Hg.
b. Ditambahkan larutan alkali hidroksida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan dari merkuro hidroksida, HgO. Selanjutnya lakukan identifikasi endapan masing-masing dengan HNO3 dan NaOH berlebih. Amati perubahan yang terjadi.
c. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan dari campuran antara Hg dan HgNH2NO3.HgO








· Tidak dilakukan percobaan karena tidak tersedia larutan uji Hg(NO3)2­
2. Identifikasi ion timbal (larutan uji Pb(NO3)2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih dari Pb(OH)2 yang tidak larut dalam kelebihan amonia.







b. Dialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam suasana sedikit asam atau netral), maka akan terbentuk endapan hitam dari PbS.

c. Ditambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan kuning dari timbal iodida. Selanjutnya lakukan penambahan KI berlebih. Amati perubahan yang terjadi.

· Setelah larutan uji Pb(NO3)2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia terbentuk endapan putih, setelah ditambahkan amonia berlebih endapan putih Pb(OH)2 tidak larut.
Endapan putih dari Pb(OH)2



· Saat dialirkan gas H2S kemudian diuji dengan mengggunakan kertas saring didapatkan warna kertas saring menjadi hitam.

· Setelah larutan uji ditambahkan larutan KI yang tak berwarna terbentuk larutan kuning dan pada dasar tabung terdapat endapan kuning. Setelah ditambahkan KI berlebih endapan kuning yang terbentuk semakin banyak.
Endapan kuning dari PbI2

3. Identifikasi ion merkuri (larutan uji HgCl2 0,05 M)
a. Ditambahakan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan merah kecoklatan dari HgO yang tidak larut dalam NaOH berlebih tetapi larut dalam asam kuat.








b. Dialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam asam klorida encer) maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang akan berubah menjadi hitam (HgS) dengan kelebihan H2S.

· Setelah larutan uji HgCl2 yang tak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan merah kecoklatan dari HgO, dan setelah ditambahkan H2SO4 terbentuk larutan tak berwarna (endapan larut). Sedangkan apabila ditambahkan basa ( NaOH) maka endapan tidak akan melarut kembali
Endapan merah kecoklatan HgO


· Terbentuk endapan putih kemudian diuji dengan kertas saring maka akan menyebabkan kertas saring menjadi hitam.

4. Identifikasi ion kupri (larutan uji CuSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan alkali hidroksida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan biru kupri hidroksida dan menjadi hitam dengan pemanasan.













b. Ditambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih dari tembaga (I) iodida, tetapi larutan berwarna agak kecoklatan karena adanya I2 yang dibebaskan.





c. Ditambahkan larutan kalium tiosianat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan hitam dari tembaga (II) tiosianat, selanjutnya amati perubahan warna endapan setelah beberapa saat.













· Setelah larutan uji CuSO4 yang berwarna biru ditambahkan NaOH yang tidak berwarna terbentuk larutan berwarna biru dan endapan yang berwarna biru.
Endapan biru Cu(OH)2

Setelah dipanaskan endapan menjadi berwarna hitam.
Endapan hitam dari CuO


· Setelah larutan KI ditambahkan larutan uji CuSO4 terbentuk endapan putih dari CuI (jumlahnya sangat sedikit) tetapi larutannya berwarna kecoklatan.
larutan kecoklatan karena


· Setelah larutan uji CuSO4 ditambahkan larutan KSCN yang tidak berwarna, terbentuk endapan hitam dari Cu(SCN)2.
Endapan hitam Cu(SCN)2

Setelah beberapa saat warna larutan menjadi hijau muda setelah didiamkan.
Larutan berwarna hijau

5. Identifikasi ion kadmium (larutan uji CdSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan alkali hidroksida ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih kadmium hidroksida yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.







b. Ditambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan ion kupri.








c. Ditambahkan larutan kalium tiosianat ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan ion kupri.

· Setelah larutan uji CdSO4 yang tidak berwarna ditambahkan larutan KOH 20%,
Terbentuk larutan berwarna putih seperti koloid dan endapan putih setelah didiamkan beberapa saat. Endapan ini tidak melarut jika ditambahkan pereaksi berlebih.
Endapan putih Cd(OH)2


· Setelah larutan uji ditambahkan KI yang tidak berwarna, terbentuk 2 lapisan yakni bagian atas larutan berwarna bening sedangkan lapisan bawah berwarna putih seperti susu.


· Setelah larutan uji ditambahkan larutan KSCN yang tidak berwarna, 2 lapisan tersebut semakin memisah.

6. Identifikasi ion stano (larutan uji SnCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan kalium hidroksida ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih stanno hidroksida yang larut dengan pereaksi berlebih.
b. Ditambahkan larutan amonia atau alkali karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih dari stanno hidroksida yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.

· Setelah larutan uji SnCl2 yang keruh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan putih Sn(OH)2. Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan putih tersebut larut.
Endapan putih Sn(OH)2

· Setelah larutan uji ditambahkan Na2CO3, terbentuk endapan putih dari Sn(OH)2. Setelah ditambahkan Na2CO3 berlebih, endapan putih tersebut tidak larut.
Endapan putih Sn(OH)2

7. Identifikasi ion aluminium (larutan uji AlCl3 0,1 M)
a. Ditambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih aluminium hidroksida yang larut dengan pereaksi berlebih.
b. Ditambahkan larutan NH3 ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk koloid Al(OH)3. Selanjutnya tambahkan garam amonium dan amati perubahannya.

· Setelah larutan uji AlCl3 yang tidak berwarna ditambahkan Na2CO3 yang tidak berwarna, terbentuk endapan putih Al(OH)3 menyerupai serabut-serabut. Setelah ditambahkan Na2CO3 berlebih endapan putih tersebut menjadi larut.
Endapan putih Al(OH)3

· Setelah larutan uji ditambahkan NH3, terbentuk koloid Al(OH)3 larutan berwarna putih.
Endapan putih Al(OH)3

· Setelah ditambahkan larutan NH4Cl, koloid yang terbentuk tidak larut.

8. Identifikasi ion ferri (larutan uji FeCl3 0,1 M)
a. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan merah darah coklat besi (III) hidroksida yang tidak larut dengan pereaksi berlebih.









b. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan merah coklat seperti gelatin dari besi (III) hidroksida yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih tetapi larut dalam asam.

· Setelah larutan uji FeCl3 yang berwarna kuning ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan berwarna merah coklat dari Fe(OH)3. Setelah ditambahkan NaOH berlebih, endapan tersebut tidak larut dan larutannya tidak berwarna.
Endapan merah coklat dari Fe(OH)3


· Setelah larutan uji FeCl3 yang berwarna kuning ditambahkan larutan NH3, terbentuk endapan merah coklat dari Fe(OH)3 seperti gelatin.
· Setelah ditambahkan NH3 berlebih, endapan tersebut tidak larut.
· Setelah ditambahkan H2SO4 pekat(17M), terbentuk larutan berwarna kekuningan dan tabung reaksi terasa panas.
Endapan Fe(OH)3 + H2SO4 17 M

9. Identifikasi ion krom (larutan uji CrCl3 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan berbentuk gelatin berwarna hijau keabu-abuan dari Cr(OH)3 yang larut dengan penambahan pereaksi berlebih sehingga larutan berwarna ungu.













b. Ditambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan hijau keabu-abuan dari Cr(OH)3.

· Setelah larutan uji CrCl3 yang berwarna hijau ditambahkan NH3, terbentuk endapan berwarna hijau keabu-abuan dan berbentuk seperti gelatin.
Endapan hijau keabu-abuan dari Cr(OH)3

· Setelah ditambahkan NH3 berlebih, endapan menjadi larut dan terbentuk larutan berwarna ungu.
Endapan Cr(OH)3 + NH3


· Setelah larutan uji CrCl3 yang berwarna hijau ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan berwarna hijau keabu-abuan.
10. Identifikasi ion mangan (larutan uji MnCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih Mn(OH)2 yang berubah menjadi coklat karena pengaruh udara.














b. Ditambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan putih MnCO3 yang akan berubah menjadi MnO2 oleh udara luar.

· Setelah larutan uji MnCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH, terbentuk endapan putih Mn(OH)2.
Endapan putih Mn(OH)2

· setelah beberapa saat berubah menjadi coklat akibat pengaruh udara.


· Setelah ditambahkan Na2CO3, terbentuk endapan putih MnCO3.
Endapan putih MnCO3

· Setelah beberapa saat, larutan berubah menjadi coklat (MnO2) akibat pengaruh udara luar
Endapan coklat MnO2


11. Identifikasi ion nikel (larutan uji NiSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan hijau Ni(OH)2 yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.






b. Alirkan gas H2S ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan hitam NiS.

· Setelah larutan uji NiSO4 yang berwarna hijau muda ditambahkan NaOH, terbentuk endapan hijau Ni(OH)2 yang tidak larut dengan penambahan pereaksi berlebih.
Endapan hijau dari Ni(OH)2


· Terbentuk endapan hitam NiS yang ditunjukkan dengan warna hitam pada kertas saring.
12. Identifikasi ion kobalt (larutan uji CoSO4 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida (dalam keadaan dingin) ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan biru dari garam basa CoOHCl. Panaskan endapan ini dengan kelebihan NaOH, amati perubahan yang terjadi.
















b. Ditambahkan larutan KNO2 ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan kuning dari K3Co(NO2)63H2O.

· Setelah larutan uji CoSO4 yang berwarna merah padam ditambahkan NaOH, terbentuk endapan berwarna biru CoOHCl.
Endapan berwarna biru CoOHCl

· Setelah dipanaskan dengan NaOH berlebih terbentuk endapan berwarna merah jambu dan larutannya bening.

Endapan merah jambu dari Co(OH)2


· Prosedur ini dilakukan menggunakan larutan KNO3 karena tidak tersedia larutan KNO2 di laboratorium. Setelah ditambahkan pada larutan uji tidak menunjukkan perubahan apapun.
13. Identifikasi ion seng (larutan uji ZnCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan gelatin putih Zn(OH)2 yang larut dalam pereaksi berlebih, amonia dan asam.







b. Dialirkan gas H2S ke dalam larutan uji (dalam suasana netral atau alkalis), maka akan terbentuk endapan putih dari ZnS.





· Setelah larutan uji ZnCl2 ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan putih Zn(OH)2. Endapan putih ini larut dalam amonia dan H2SO4.
Endapan putih Zn(OH)2



· Terbentuk endapan endapan putih ZnS dan tidak terjadi perubahan warna pada kertas saring.
14. Identifikasi ion kalsium (larutan uji CaCl2 0,5 M)
a. Ditambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi.









b. Ditambahkan larutan asam sulfat encer ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih Ca2C2O4 yang larut dalam asam mineral tetapi tidak larut dalam asam asetat.






c. Ditambahkan larutan K2CrO4 ke dalam larutan uji, amati perubahan yang terjadi.










d. Ditambahkan larutan ammonium karbonat ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan amorf CaCO3. Didihkan endapan ini dan amati yang terjadi.

· Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan putih dan larutannya keruh.
Endapan putih dari Ca(OH)2

· Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan asam sulfat encer maka akan terbentuk larutan koloid yang keruh dan perlahan-lahan akan terbentuk endapan putih yang larut dalam asam mineral (H2SO4) dan tidak larut dalam asam asetat.
Endapan putih dari CaSO4


· Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan K2CrO4 yang berwarna kuning, terbentuk larutan berwarna kuning.


· Setelah larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan NH4CO3, terbentuk endapan amorf berwarna putih.
Endapan putih CaCO3

· Setelah dipanaskan endapan tersebut larut dan terbentuk larutan berwarna kekuningan.
15. Identifikasi ion barium (larutan uji BaCl2 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan NH4OH ke dalam larutan uji, amati yang terjadi.









b. Ditambahkan larutan asam sulfat encer ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih dari barium sulfat, selanjutnya tambahkan asam-asam encer dan amati perubahan yang terjadi.







· Setelah larutan uji BaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NH4OH, terbentuk endapan yang berwarna putih Ba(OH)2.
Endapan putih dari Ba(OH)2


· Setelah larutan uji BaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan H2SO4, terbentuk endapan putih BaSO4 dan larutannya putih.
Endapan putih BaSO4



· Setelah ditambahkan HCl 0,025 N, terbentuk endapan putih dan larutannya keruh.




16. Identifikasi ion magnesium (larutan uji MgCl2 0,5 M)
a. Ditambahkan larutan amonia ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan gelatin putih Mg(OH)2. Tambahkan garam amonium dan amati perubahannnya.







b. Ditambahkan larutan ammonium karbonat ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan putih dari garam basa.





· Setelah larutan uji MgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia, terbentuk endapan gelatin putih Mg(OH)2.

Endapan putih Mg(OH)2

· Setelah ditambahkan garam amonium (NH4Cl) endapan yang terbentuk menjadi larut.

· Setelah larutan uji MgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan (NH4)2CO3, terbentuk endapan putih.
Endapan putih Mg(OH)2

17. Identifikasi ion kalium (larutan uji KCl 0,25 M)
a. Ditambahkan larutan H2[PtCl6] ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk kuning dari kalium heksakloro platinat (IV).
b. Ditambahkan larutan asam perklorat (HclO4) ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan kristalin putih dari KclO4 yang sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol 75%.

· Prosedur ini tidak dilakukan karena tidak tersedia reagent di laboratorium.

IV. PEMBAHASAN
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan ke dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan reagensia golongan kation secara sistematik dapat kita tentukan ada tidaknya golongan-golongan kation dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam praktikum ini dilakukan identifikasi kation secara basah yang tujuannya sebagai tahap pembelajaran atau langkah pengenalan untuk mengetahui ada tidaknya suatu golongan kation berdasarkan reagensia yang spesifik terhadap kation tersebut. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas kemampuan suatu kation untuk bereaksi dengan reagensia-reagensia untuk membentuk endapan atau tidak. Jadi dapat dikatakan klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.

1. Identifikasi ion merkuro (larutan uji Hg(NO3)2 0,25 M)
a. Percobaan identifikasi ion merkuro ini tidak dilakukan karena tidak tersedia larutan uji Hg(NO3)2 di laboratorium. Namun secara teoritis pada saat larutan uji Hg(NO3)2 yang tidak berwarna ditambahkan Na2CO3 terbentuk larutan dan endapan berwarna putih dari merkuri karbonat yang lama-kelamaan akan berubah menjadi abu-abu karena terbentuknya HgO dan Hg. Berdasarkan reaksi sebagai berikut :
Hg22+(aq) + CO32-(aq) → Hg2CO3(s)↓
Endapan akan berubah menjadi abu-abu kehitaman ketika merkurium (II) oksida dan merkurium terbentuk.
Hg2CO3(s)↓ → HgO(s)↓ + Hg(l)↓ + CO2(g)↑
b. Secara teoritis, ketika larutan NaOH yang tidak berwarna ditambahkan ke dalam larutan uji dan terbentuk larutan dan endapan berwarna kuning. Endapan kuning ini merupakan merkurium (II) oksida. Adapun reaksinya yaitu:
Hg2+(aq) + 2 OH-(aq) → HgO(s)↓ + H2O(l)
Endapan yang berwarna kuning menunjukkan bahwa penambahan larutan NaOH yang stoikiometri dengan larutan uji Hg(NO3)2. Selanjutnya ke dalam endapan yang terbentuk dilakukan penambahan NaOH berlebih dan asam nitrat, endapan tidak larut dalam NaOH berlebih, tetapi larut dalam asam nitrat.
c. Berdasarkan teori, penambahan larutan amonia ke dalam larutan uji Hg(NO3)2, membentuk endapan putih dan larutan tidak berwarna setelah didiamkan beberapa saat didapatkan endapan yang berwarna putih yang berasal dari campuran antara logam merkurium dan merkurium (II) amidonitrat. Adapun reaksinya yaitu:
2 Hg2+(aq) + NO3-(aq) + 4 NH3(aq) + H2O(l) → HgO.Hg(NH2)NO3(s) ↓ +
3 NH4+(aq)
2. Identifikasi ion timbal (larutan uji Pb(NO3)2 0,25 M)
a. Pada tahap ini larutan uji Pb(NO3)2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia sehingga terbentuk endapan putih dari Pb(OH)2. Setelah ditambahkan NH3 secara berlebih endapan tetap tidak larut. Adapun reaksinya yaitu :
Pb2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2 H2O(l) → Pb(OH)2(s) ↓ + 2 NH4+(aq)
Pb(OH)2(s) + NH3(aq) tidak ada reaksi
Endapan timbal hidroksida ini memiliki sifat amfoter. Uji ini dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa yang mengandung ion timbal, yang positif bila menghasilkan endapan putih.
b. Percobaan ini dilakukan menggunakan gas H2S pengaliran gas H2S pada larutan uji akan menghasilkan endapan hitam dari timbal sulfida. Endapan hitam ini dapat dilihat pada kertas saring yang menyebabkan kertas saring berubah warna menjadi hitam. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
Pb2+(aq)+ H2S(g) ↑ → PbS(s)↓ + 2 H+(aq)
Pengendapan tidak sempurna, jika ada asam mineral kuat dengan konsentrasi lebih dari 2M.
c. Ketika larutan uji Pb(NO3)2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan KI (tak berwarna) terbentuk endapan kuning dan larutan yang berwarna kuning. Setelah ditambahkan KI berlebih endapan yang terbentuk semakin banyak atau tingkat kelarutannya semakin kecil. Adapun reaksinya yaitu:
Pb2+(aq) + 2 I-(aq) → PbI2(s) ↓
Larutan reagen yang agak pekat dalam jumlah yang berlebih akan melarutkan endapan dan terbentuk ion tetraiodoplumbat(II):
PbI2(s) + 2I-(aq) → [PbI4]2-(aq)

3. Identifikasi ion merkuri (larutan uji HgCl2 0,05 M)
a. Ketika larutan uji HgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan larutan NaOH (tidak berwarna) terbentuk endapan berwarna merah kecoklatan dari HgO dan ketika ditambahkan NaOH secara berlebih endapan tersebut tidak larut. Namun ketika ditambahkan H2SO4 terbentuk larutan tidak berwarna. Ini mengindikasikan bahwa endapan HgO ini tidak larut dalam basa kuat tetapi larut dalam asam kuat. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
Hg2+(aq) + 2 OH-(aq) → HgO(s)↓ + H2O(l)
b. Prosedur ini dilakukan menggunakan gas H2S. Pada saat gas H2S dialirkan ke dalam larutan uji, maka akan terbentuk endapan hitam yang merupakan campuran dari merkuri (II) sulfida dan logam merkuri. Dengan reaksi sebagai berikut.
Hg22+(aq) + H2S(s) → Hg(l)↓ + HgS(s)↓ + 2 H+(aq)
3Hg2+ (aq)+ 2Cl-(aq) + 2H2S(g) → Hg3S2Cl2(s)↓ + 4H+(aq)
Hg3S2Cl2(aq)↓ + H2S(g) → 3HgS(s)↓ + 2H+(aq) + 2Cl-(aq)

4. Identifikasi ion kupri (larutan uji CuSO4 0,25 M)
a. Ketika larutan uji CuSO4 yang berwarna biru ditambahkan larutan NaOH (tak berwarna) terbentuk larutan yang berwarna biru dan endapan biru dari Cu(OH)2. Reaksi yang terjadi adalah
Cu2+(aq) + 2OH-(aq) → Cu(OH)2(s)↓
Dan setelah dipanaskan terbentuk endapan hitam dari CuO. Adapun reaksinya yaitu:
Cu(OH)2(s) ↓ → CuO(s)↓ + H2O(l)
b. Ketika larutan uji ditambahkan larutan KI (tak berwarna) terbentuk endapan putih (CuI) yang jumlahnya sedikit dan larutan yang berwarna kecoklatan. Reaksi yang terjadi adalah
2Cu2+(aq) + 5 I-(aq) → 2 CuI(s) ↓ + I3-(aq)
Putih coklat
Terbentuknya larutan yang berwarna kecoklatan karena adanya ion-ion triiodida (I3-). Ion ini tidak stabil dan mudah terurai menjadi ion I- dan I­2. Larutan I­2-lah yang menyebabkan larutan berwarna coklat.
I3-(aq) I-(aq) + I­2(aq)
coklat
Secara teori dengan menambahkan natrium tiosulfat secara berlebih pada larutan tersebut, ion triiodida akan direduksi menjadi ion iodida yang tidak berwarna dan warna putih dari endapan CuI akan terlihat dengan jelas.reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
I3-(aq) + 2S2O32-(aq) → 3I-(aq) + S4O62-(aq)
Reaksi ini dapat dipakai dalam analisis kuantitatif untuk penentuan tembaga secara iodometri.
c. Setelah larutan uji ditambahkan KSCN yang tidak berwarna terbentuk endapan hitam dan setelah beberapa saat larutan berwarna hijau. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
Cu2+(aq) + 2 SCN-(aq) → Cu(SCN)2(s)↓
Selanjutnya didiamkan beberapa saat endapan terurai perlahan-lahan membentuk tembaga (I) tiosianat putih, dan terbentuk tiosianogen.
2Cu(SCN)2(s) ↓ → 2 CuSCN(s) ↓ + (SCN)2(s) ↓

5. Identifikasi ion kadmium (larutan uji CdCl2 0,25 M)
a. Pada percobaan ini larutan uji CdSO4 setelah NaOH ditambahkan ke dalam larutan uji, terbentuk endapan putih dari Cd(OH)2, dan ketika ditambahkan NaOH secara berlebih endapan putih tersebut tidak larut. Reaksi yang terjadi adalah :
Cd2+(aq) + 2 OH-(aq) Cd(OH)2(s) ↓
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan, dimana apabila dilakukan penambahan asam encer menyebabkan endapan putih kadmium (II) hidroksida menjadi larut sehingga kesetimbangan bergeser ke kiri.
b. Setelah larutan uji ditambahkan KI yang tidak berwarna, terbentuk larutan yang putih susu pada bagian atas dan berwarna tidak berwarna pada bagian bawah namun tidak terbentuk endapan. Hal inilah yang membedakannya dengan ion kupri. Penambahan larutan kalium iodida ke dalam larutan yang mengandung ion kupri akan membentuk endapan putih dari tembaga (I) iodida. Jika dibandingkan dengan ion kupri, maka reaksi antara ion Cd2+ dengan I- tidak dapat membentuk ion-ion triiodida seperti yang terjadi pada reaksi antara ion kupri dengan I-.
c. Setelah larutan uji ditambahkan KSCN, terbentuk larutan yang tidak berwarna pada bagian atas dan berwarna putih susu pada bagian bawah kedua larutan semakin memisah. Jika dibandingkan dengan ion kupri, dimana ion kupri yang direaksikan dengan KSCN dapat membentuk endapan hitam Cu(SCN)2 sedangkan ion kadmium jika direaksikan dengan ion tiosianat tidak dapat membentuk endapan (uji ini dapat digunakan untuk membedakan ion Cu2+ dengan ion Cd2+).

6. Identifikasi ion stano (larutan uji SnCl2 0,25 M)
a. setelah larutan uji SnCl2 yang agak keruh ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih dari stanno hidroksida (Sn(OH)2). Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Sn2+(aq) + 2 OH-(aq) Sn(OH)2(s) ↓
Ketika ditambahkan NaOH berlebih endapan putih tersebut menjadi larut membentuk ion kompleks tetrahidroksostanat atau ion stanit. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
Sn(OH)2(s) ↓ + 2 OH-(aq) [Sn(OH)4]2-(aq)
b. Setelah (NH4)2CO3 yang tidak berwarna ditambahkan ke dalam larutan uji terbentuk endapan putih dari stano hidroksida. Adapaun reaksi yang terjadi :
Sn2+(aq) + CO32-(aq) → SnCO3(s)↓
Ketika ditambahkan reagensia secara berlebih endapan putih tersebut tidak larut.

7. Identifikasi ion aluminium (larutan uji AlCl3 0,1 M)
a. Ketika larutan uji AlCl3 yang tidak berwarna ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan putih Aluminium hidroksida berupa serabut-serabut putih dengan reaksi sebagai berikut :
Al3+(aq) + 3 H2O(l) Al(OH)3(s) ↓ + 3 H+(aq)
CO32-(aq) + 2 H+(aq) → H2CO3(aq) → H2O(l) + CO2(aq) ↑
Penambahan reagensia berlebih pada endapan menyebabkan endapan melarut. Adapun reaksinya yaitu:
Al(OH)3(s) ↓ + CO32-(aq) + H2O(l) → [Al(OH)4]-(aq) + HCO3-(aq)
Endapan putih aluminium hidroksida terbentuk karena natrium karbonat menetralkan asam yang dibebaskan pada hidrolisis aluminium dengan melepaskan gas karbon dioksida. Endapan aluminium hidrolsida dengan penambahan reagen berlebih akan melarut membentuk kompleks [Al(OH)4]- menurut reaksi:
Al(OH)3(s) ↓ + CO32-(aq) + H2O(l) → [Al(OH)4]-(aq) + HCO3-(aq)

b. Setelah larutan uji ditambahkan amoniak terbentuk koloid Al(OH)3. Reaksi yang terjadi adalah :
Al3+(aq) + 3 NH3(aq) + 3 H2O(l) → Al(OH)3(s) ↓ + 3 NH4+(aq)
Ketika ditambahkan larutan NH4Cl yang tidak berwarna, koloid yang terbentuk tidak larut. Hal ini disebabkan karena berkurangnya kelarutan dengan adanya garam amonium,
NH4C2O4 (efek ion sejenis). Dimana sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai koloid aluminium hidroksida (sol). Sol ini berkoagulasi pada pendidihan atau pada penambahan garam-garam yang larut, misalnya amonium oksalat.

8. Identifikasi ion ferri (larutan uji FeCl3 0,1 M)
a. Setelah larutan uji FeCl3 yang berwarna kuning ditambahkan NaOH terbentuk endapan merah coklat dari besi (III) hidroksida. Reaksi pembentukkannya adalah sebagai berikut :
Fe3+(aq) + 3 OH-(aq) → Fe(OH)3(s) ↓
Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan tersebut tidak larut dan larutannya tidak berwarna.
b. Setelah larutan uji ditambahkan NH3 terbentuk endapan merah dari besi (III) hodroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Fe3+(aq) + 3 NH3(aq) + 3 H2O(l) → Fe(OH)3(s) ↓ + 3 NH4+(aq)
Ketika ditambahkan NH3 secara berlebih endapan merah tersebut tidak larut tetapi setelah ditambahkan H2SO4 17 M terbentuk larutan berwarna kekuningan. Dari penmambahan asam tersebut maka ion Fe3+ akan direduksi menjadi ion Fe2+ yang berwarna kuning.

9. Identifikasi ion krom (larutan uji CrCl3 0,25 M)
a. Setelah larutan uji CrCl3 yang berwarna hijau ditambahkan NH3 terbentuk endapan berwarna hijau keabuan dari Cr(OH)3 dan berbentuk seperti gelatin. Reaksi yang terjadi adalah
Cr3+(aq) + 3 NH3(aq) + 3 H2O(l) → Cr(OH)3(s)↓ + 3 NH4+(aq)
Ketika ditambahkan NH3 secara berlebih, endapan menjadi larut dan terbentuk larutan berwarna ungu yang mengandung ion kompleks heksaaminakromat (III).
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Cr(OH)3(s) ↓ + 6 NH3(aq) → [Cr(NH3)6]3+(aq) + 3 OH-(aq)
b. Setelah larutan uji ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan berwarna hijau keabu-abuan. Reaksi yang terjadi yaitu :
2 Cr3+(aq) + 3 CO32-(aq) + 3 H2O(aq) → 2 Cr(OH)3(s)↓ + 3 CO2(g) ↑

10. Identifikasi ion mangan (larutan uji MnCl2 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji MnCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih dari Mn(OH)2. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+(aq) + 2 OH-(aq) → Mn(OH)2(s)↓
Setelah didiamkan beberapa saat, endapan putih berubah menjadi coklat. Hal ini terjadi karena endapan mangan (II) hidroksida mudah teroksidasi bila terkena udara luar. Ketika terbentuk mangan dioksida berhidrat, MnO(OH)2. Reaksi pembentukannya sebagai berikut :
Mn(OH)2(s)↓ + O2(g) + H2O(l) → MnO(OH)2(s)↓ + 2 OH-(aq)
b. Ketika larutan uji ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan putih dari MnCO3. Reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+(aq) + CO32- (aq) → MnCO3(s)↓
Setelah beberapa saat larutan berubah menjadi kuning coklat. Hal ini terjadi karena MnCO3 yang telah terbentuk mudah teroksidasi jika terkena udara luar membentuk endapan MnO2 yang berwarnakuning kecoklatan.

11. Identifikasi ion nikel (larutan uji NiSO4 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji NiSO4 yang berwarna hijau muda, ditambahkan NaOH terbentuk endapan hijau dari Ni(OH)2. Endapan hijau ini terbentuk akibat adanya reaksi antara NiSO4 dan NaOH sesuai denagn persamaan reaksi berikut :
Ni2+(aq) + 2 OH-(aq) → Ni(OH)2(s)↓
Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan hijau tersebut tidak larut.
b. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan gas H2S. Ketika gas H2S dialirkan ke dalam larutan uji hanya sebagian dari nikel mengendap secara perlahan sebagai nikel sulfida dari larutan netral, tidak terjadi endapan dari larutan yang mengandung asam mineral atau banyak asam asetat. Namun, pengendapan sempurna terjadi dari larutan yang dijadikan basa dengan larutan amonium, atau dari larutan yang mengandung asetat alkali berlebih yang sedikit diasamkan dengan asam asetat. Selain itu, saat gas H2S dialirkan kemudian diidentifikasi menggunakan kertas saring maka tidak terjadi perubahan apapun pada kertas saring termasuk perubahan warna.

12. Identifikasi ion kobalt (larutan uji CoCl2 0,25 M)
a. Pada percobaan ini larutan uji CoCl2 ditambahkan NaOH, terbentuk endapan berwarna biru dari Co(OH)Cl dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Co2+(aq) + OH-(aq) + Cl-(aq) → Co(OH)Cl(s) ↓
Setelah dipanaskan dengan kelebihan NaOH terbentuk endapan berwarna coklat yang semakin memudar seperti merah jambu dan larutannya berwarna bening. Endapan merah jambu ini merupakan endapan Co(OH)2 yang terbentuk dari reaksi sebagai berikut :
CoOHCl(s) ↓ + OH-(aq) → Co(OH)2(s) ↓ + Cl-(aq)
b. Prosedur ini tidak dilakukan karena tidak tersedia KNO2 di laboratorium. Namun secara teori, bila larutan uji ditambahkan larutan KNO2 akan terbentuk endapan kuning dari senyawa kompleks kalium heksanitritokobaltat (III), K3[Co(NO2)6]. 3 H2O. Adapun reaksinya yaitu:
Co2+(aq) + 7 NO2-(aq) + 2 H+(aq) + 3 K+(aq) → K3[Co(NO2)6](s) ↓ + NO(g) ↑
+ H2O(l)
Dalam reaksi ini terjadi dua tahapan reaksi, yaitu:
* Mula-mula, nitrit mengoksidasikan kobalt (II) menjadi kobalt (III):
Co2+(aq) + NO2-(aq) + 2 H+(aq) → Co3+(aq) + NO(g) ↑ + H2O(l)
* Selanjutnya ion kobalt (III)bereaksi dengan ion nitrit dan kalium:
Co3+(aq) + 6 NO2-(aq) +3 K+(aq) → K3[Co(NO2)6](s) ↓
Oleh karena itu, pada percobaan ini digunakan KNO3 dan setelah penambahan maka terbentuk larutan yang berwarna merah jambu dengan kata lain tidak terjadi perubahan apapun.

13. Identifikasi ion seng (larutan uji ZnCl2 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji ZnCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan gelatin putih dari Zn(OH)2 dengan reaksi sebagai berikut :
Zn2+(aq) + 2 OH-(aq) Zn(OH)2(s)↓
Endapan Zn(OH)2 ketika terus ditambahkan NaOH berlebih endapan tersebut menjadi larut dan larutannya menjadi bening. Reaksi yang terjadi adalah :
Zn(OH)2(s) ↓ + 2 OH-(aq) [Zn(OH)4]2-(aq)
Ketika endapan putih tersebut ditambahkan amonia , endapan tersebut menjadi larut dan terbentuk larutan yang tidak berwarna. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Zn(OH)2(s)↓ + 4NH3(aq) [Zn(NH3)4]2+(aq) + 2OH-(aq)
Dan ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam endapan putih tersebut , endapannya menjadi larut dan terbentuk larutan yang tidak berwarna. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
Zn(OH)2(s) ↓ + 2 H+(aq) Zn2+(aq) + 2 H2O(l)

b. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan gas H2S. Bila larutan ZnCl2 dialiri gas H2S maka terbentuk endapan putih dari ZnS. Reaksinya yaitu:
Zn2+ + H2S → ZnS↓ + 2H+
Selain itu, tidak terjadi perubahan warna yang ditunjukkan oleh kertas saring. Hal ini diakibatkan oleh warna endapan yang sama dengan warna kertas saring sehingga sulit mengamati endapan yang terbentuk.

14. Identifikasi ion kalsium (larutan uji CaCl2 0,5 M)
a. Pada saat larutan uji CaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih dari Ca(OH)2 dan larutannya keruh. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Ca2+(aq) + 2 OH-(aq) → Ca(OH)2(s) ↓

b. Pada saat larutan uji ditambahkan larutan asam sulfat encer ( H2SO4­ 2 M) terbentuk larutan berwarna putih dan keruh seperti larutan koloid. Dan jika didiamkan beberapa saat maka akan terbentuk endapan berwarna putih. Endapan ini larut dalam asam mineral misalnya HCl, HNO3 dan tidak larut dalam asam asetat. Adapun reaksinya yaitu:
Ca2+(aq) + SO4 2-(aq) → CaSO4(s)↓
Endapan yang terbentuk larut dalam asam klorida pekat tetapi tidak larut dalam asam asetat. Adapun reaksinya yaitu:
CaSO4(s) + 2 H+(aq) → Ca2+(aq) + H2SO4 (aq)
Pada saat larutan uji ditambahkan K­2CrO4 yang berwarna kuning terbentuk larutan yang berwarna kuning dari CaCrO4 dengan reaksi sebagai berikut :
Ca2+(aq) + CrO42-(aq) → CaCrO4(s)
c. Pada saat larutan uji ditambahkan dengan Na2CO3 (seharusnya digunakan amonium karbonat yang tidak berwarna terbentuk endapan amorf berwarna putih keunguan dari CaCO3 dengan reaksi sebagai berikut :
Ca2+(aq) + CO32-(aq) → CaCO3(s)↓
Setelah endapan putih tersebut dipanaskan endapan menjadi larut dan terbentuk larutan yang berwarna kuning keemasan Secara teoritis, apabila endapan CaCO3 yang dididihkan akan terbentuk kristal, tetapi pada percobaan ini tidaak terbentuk kristal karena endapan hanya dipanaskan (tidak sampai mendidih).

15. Identifikasi ion barium (larutan uji BaCl2 0,25 M)
a. Pada saat larutan uji BaCl2 yang tidak berwarna ditambahkan NH4OH (tidak berwarna) terbentuk endapan putih dari Ba(OH)2. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ba2+(aq) + 2OH-(aq) → Ba(OH)2(s)↓
2NH4OH(aq) + CO2(g) → (NH4)2CO3(aq) + H2O(l)
BaCl2(aq)­ + (NH4)2CO3(aq) → BaCO3(s)↓ + 2NH4Cl(aq)
b. Setelah larutan uji BaCl2 ditambahkan H2SO4 terbentuk endapan putih dari BaSO4 dan larutannya juga berwarna putih. Reaksinya adalah :
Ba2+(aq) + SO42-(aq) → BaSO4(s)↓
Setelah endapan putih ditambahkan HCl 0,025 N terbentuk endapan putih dan larutannya keruh. Hal ini terjadi karena adanya penambahan asam menyebabkan endapan yang terbentuk lebih banyak (larutan putih menjadi keruh karena sebagian zat dalam larutan telah mengendap).

16. Identifikasi ion magnesium (larutan uji MgCl2 0,5 M)
a. Pada saat larutan uji MgCl2 yang tidak berwarna ditambahkan amonia terbentuk endapan gelatin yang berwarna putih dari Mg(OH)2. Adapun reaksinya yaitu:
Mg2+(aq) + 2 NH3(aq) + 2 H2O(l) → Mg(OH)2(s)↓ + 2 NH4+(aq)
Endapan yang terbentuk ditambahkan larutan NH4Cl, endapan larut dalam amonium klorida. Hal ini terjadi karena konsentrasi garam amonium menyebabkan konsentrasi ion hidroksil berkurang sehingga hasil kali kelarutan Mg(OH)2 tidak terlampaui. Dengan demikian magnesium tidak dapat diendapkan dengan adanya amonium klorida.
b. Pada saat larutan uji ditambahkan karbona amonium karbonat tidak terbentuk endapan putih dari MgCO3. Dengan kata lain hasilnya negatif. Menurut teori, jika larutan uji ditambahkan karbona amonium karbonat maka akan terbentuk endapan putih dari garam basa sesuai persamaan reaksi berikut:
5Mg2(aq) + 6 CO32-(aq) + 7 H2O(l) → 4 MgCO3 . Mg(OH)2 .5 H2O(s) ↓ +
2 HCO3-(aq)


17. Identifikasi ion kalium (larutan uji KCl 0,25 M)
Prosedur ini tidak dilakukan karena larutan kompleks [H2(PtCl6)] dan asam perklorat tidak tersedia. Namun secara teori
a. Setelah larutan uji ditambahkan [H2(PtCl6)] terbentuk endapan kuning dari kalium heksakloroplatinat (IV). Adapun reaksinya yaitu:
2 K+(aq) + [PtCl6]2-(aq) → K2[PtCl6](s) ↓
b. Larutan KCl ditambahkan dengan larutan HClO4, terbentuk endapan putih dari KClO4. Adapun reaksinya yaitu:
K+(aq) + ClO4-(aq) → KClO4(s) ↓
Endapan yang terbentuk sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol 75%.

V. SIMPULAN
berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Identifikasi kelarutan senyawa garam dan oksidanya secara basah dapat dilakukan dengan menambahkannya ke dalam air, atau pelarut asam dan basa.
2. Identifikasi reaksi yang dialami beberapa kation dapat dikenali dari bentuk endapan serta warna dari hasil reaksinya.
3. Beberapa endapan senyawa garam melarut kembali dengan penambahan pereaksi berlebih, dan ada yang melarut dalam beberapa asam kuat.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Endapan yang terbentuk pada beberapa reaksi di atas dapat larut kembali karena penambahan pereaksi secara berlebih akan menyebabkan terbentuknya kompleks. Contohnya:
· Pada identifikasi ion seng (Zn2+) :
Ketika endapan putih Zn(OH)2 ditambahkan larutan NaOH berlebih maka Zn(OH)2 akan melarut membentuk kompleks dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Zn(OH)2 ↓ + 2 OH- [Zn(OH)4]2-
· Pada identifikasi ion krom (Cr3+):
Ketika endapan putih dari Cr(OH)3 ditambahkan dengan Nh3 berlebih endapan menjadi larut dan terbentuk kompleks [Cr(NH3)6] yang berwarna ungu dengan reaksi sebagai berikut :
Cr3+ + 3 NH3 + 3 H2O → Cr(OH)3 + 3 NH4+
Cr(OH)3 + 6 NH3 → [Cr(NH3)6] + 3 OH-
2. Beberapa reaksi untuk prosedur di atas adalah :
Pada identifikasi ion seng:
Zn2+ + 2 OH- → Zn(OH)2
Pada identifikasi ion kalsium:
Ca2+ + 2 OH- → Ca(OH)2
Pada identifikasi ion aluminium:
Al3+ + 3 OH- → Al(OH)3 + 3 OH+
CO32- + 2 H+ → H2CO3 → H2O + CO2

3. Langkah yang dapat ditempuh untuk meyakinkan identifikasi yang menghasilkan gas tidak berwarna yaitu:
a. Menangkap gas dengan menggunakan kertas saring yang telah dibasahi dengan reagen tertentu yang bereaksi dengan gas yang dihasilkan.
b. Mengalirkan gas yang dihasilkan denagn menggunakan pengalir gas ke dalam larutan yang dapat bereaksi dengan gas yang dihasilkan. Misalnya gas CO2 yang dialirkan ke dalam larutan Ca(OH)2 dimana larutan akan berubah menjadi keruh ketika dialirkan gas ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sastrawidana, I Dewa Ketut. 2001. Buku Penuntun Belajar Kimia Analitik Kualitatif. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
Selamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Sodiq, Ibnu. 2004. Common Text Book Kimia Analitik I. Malang : Universitas Negeri Malang
Svehla, G. 1985. Bagian I dan II Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.